Market Update

Dapatkan kondisi market terkini dan rekomendasi investasi

Home Artikel


SAM Quaterly Newsletter: Ulasan Pasar & Ekonomi Triwulanan IV - Oktober 2025

  • sg
  • 2025-10-17 20:00:00

Download Ulasan Pasar Triwulan IV 2025 - Oktober 2025

Ulasan Pasar Global

Pasar saham global mengalami penguatan sejak awal tahun. Rerata indeks saham global, yang terdiri dari indeks saham negara maju dan negara berkembang, mencatatkan kenaikan sebesar 13%. Indeks saham Korea Selatan (KOSPI) tercatat sebagai pemimpin indeks saham global, sementara indeks saham Denmark (OMX Copenhagen) menjadi yang paling tertinggal.

Indeks saham negara-negara berkembang relatif tertinggal dibandingkan dengan indeks saham global pada tahun ini. Indeks saham Afrika Selatan (FTSE/JSE), Meksiko (S&P/BMV IPC), dan Brazil (BOVESPA) tercatat berkinerja lebih baik. Di sisi lain, indeks saham Thailand (SET), Filipina (PSEi), dan Malaysia (FTSE KLCI) relatif tertinggal sejak awal tahun.

Indeks saham negara-negara maju mencatatkan hasil positif pada tahun ini. Indeks saham yang relatif unggul adalah Korea Selatan (KOSPI), diikuti oleh Hong Kong (Hang Seng), Kanada (S&P/TSX), dan Jerman (DAX). Sementara indeks saham Denmark (OMX Copenhagen), Swedia (OMX Stockholm), dan Eropa (STOXX 600) tercatat tertinggal.

Dari sisi kinerja sektoral saham pada kawasan-kawasan ekonomi besar di dunia, sektor Perindustrian, Telekomunikasi, dan Keuangan cenderung memimpin sejak awal tahun. Sementara sektor Barang Konsumen Primer, Kesehatan, dan Energi relatif tertinggal.

Pada September 2025, pasar saham global menguat dipicu pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis yang mengubah sentimen pasar menjadi lebih “risk-on”. Pasar negara berkembang turut reli mengikuti penguatan pada pasar saham negara maju; MSCI EM melonjak sekitar 7%, dengan arus asing deras ke Asia—dipimpin Taiwan dan Korea—berkat optimisme AI dan semikonduktor

Suasana pasar global saat ini cenderung positif di hampir seluruh jenis aset mengalami penguatan sepanjang tahun berjalan. Komoditas emas menjadi aset yang paling unggul pada tahun berjalan ini dan juga sepanjang tahun lalu.

Tema rotasi global masih berlanjut terlihat dari masih melemahnya tren Indeks Dolar AS dan menguatnya saham-saham negara berkembang sepanjang tahun berjalan. Likuiditas global mulai masuk ke dalam negara berkembang setelah sebelumnya masuk ke kawasan Eropa pada Semester I-2025.

Konsensus memiliki ekspektasi dalam 12 bulan ke depan, the Fed berpotensi melakukan 3-4 kali pemangkasan tingkat suku bunga. Artinya, tingkat suku bunga the Fed (Fed Fund Rate) mempunyai peluang untuk turun ke level sekitar 3% dalam setahun mendatang.


Ulasan Makro Ekonomi Indonesia

Di bulan September 2025 Kementerian Keuangan meningkatkan likuiditas di perbankan dengan cara menarik saldo pemerintah di Bank Indonesia untuk ditempatkan di Himbara sebesar Rp200 triliun, membuat saldo di BI turun menjadi sebesar Rp238,9 triliun. Langkah tersebut membuat uang primer (M0) tumbuh 13,2% secara tahunan, jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,3%.

Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuannya di bulan September 2025 sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Sejak awal tahun BI sudah menurunkan suku bunganya sebesar 125 basis poin. Namun, penurunan tersebut belum berdampak pada penurunan suku bunga kredit perbankan yang sepanjang tahun 2025 rata-rata hanya turun sekitar 5 basis poin (hingga Juli 2025).

Pertumbuhan kredit perbankan masih dalam tren melambat dalam 16 bulan terakhir di mana di bulan Juli 2025 tumbuh 6,67% secara tahunan. Kredit modal kerja tumbuh paling rendah sebesar 2,76% sedangkan kredit investasi tumbuh paling tinggi sebesar 11,82% secara tahunan.


Alokasi Aset

Kami melihat potensi pasar secara keseluruhan masih dalam tren positif baik pada pasar saham mau pun pasar obligasi. Potensi imbal hasil masing-masing aset hingga akhir tahun yaitu 3,6% (IDX80) dan 1,4% (indeks obligasi INDOBeX Total Return) – data per 15 Oktober 2025.

Alokasi aset yang berimbang kami pandang cukup bijak dan efisien dalam menyeimbangkan risiko dan potensi imbal hasil. Kami melihat bahwa rasio 50:50 antara saham dan obligasi cukup optimal.

Perlu selalu kami sampaikan bahwa alokasi aset yang ideal bagi setiap investor sangat bergantung pada: 1) tujuan; 2) jangka waktu investasi; dan 3) profil risiko. Pada Grafik 14, kami tampilkan alokasi aset yang secara teori bisa dikatakan ideal sesuai dengan profil risiko setiap investor.

Download Ulasan Pasar Triwulan IV 2025 - Oktober 2025