Market Update

Dapatkan kondisi market terkini dan rekomendasi investasi

Home Artikel


Ulasan Pasar & Ekonomi November 2025 – MSCI Rebalancing

  • sg
  • 2025-11-14 01:00:00

Ulasan Pasar Global

Pasar saham global mengalami penguatan sejak awal tahun. Rerata indeks saham global, yang terdiri dari indeks saham negara maju dan negara berkembang, mencatatkan kenaikan sebesar 17%. Indeks saham Korea Selatan (KOSPI) tercatat sebagai pemimpin indeks saham global, sementara indeks saham Denmark (OMX Copenhagen) menjadi yang paling tertinggal.

Indeks saham negara-negara berkembang relatif tertinggal dibandingkan dengan indeks saham global pada tahun ini. Indeks saham Afrika Selatan (FTSE/JSE), Meksiko (S&P/BMV IPC), dan Brazil (BOVESPA) tercatat berkinerja lebih baik. Di sisi lain, indeks saham Filipina (PSEi), Thailand (SET), dan Malaysia (FTSE KLCI) relatif tertinggal sejak awal tahun.

Indeks saham negara-negara maju mencatatkan hasil positif pada tahun ini. Indeks saham yang relatif unggul adalah Korea Selatan (KOSPI), diikuti oleh Jepang (Nikkei 225), Hong Kong (Hang Seng), dan Kanada (S&P/TSX). Sementara indeks saham Denmark (OMX Copenhagen), Swedia (OMX Stockholm), dan Eropa (STOXX 600) tercatat tertinggal.

Dari sisi kinerja sektoral saham pada kawasan-kawasan ekonomi besar di dunia, sektor Teknologi, Perindustrian, dan Telekomunikasi cenderung memimpin sejak awal tahun. Sementara sektor Barang Konsumen Primer, Kesehatan, dan Energi relatif tertinggal.

Pada Oktober 2025, pasar saham global menguat didorong oeh penguatan saham-saham di sektor yang berelasi dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Nasdaq menguat hampir 5% seiring euforia AI dan laporan laba kuat dari nama-nama seperti Nvidia, Amazon, dan raksasa mega-cap lainnya. Indeks saham Korea Selatan (Kospi) menjadi pemimpin dengan kenaikan sebesar lebih dari 70% sepanjang tahun berjalan. Secara keseluruhan, Oktober ditandai oleh kombinasi sentimen risiko yang membaik di ekuitas dan rotasi selektif ke EM, namun dibayangi oleh valuasi yang secara relatif mahal dibandingkan dengan rerata historis.


Ulasan Makro Ekonomi Indonesia

Pada Triwulan III-2025, PDB Indonesia tumbuh 5,04% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,12%. Pertumbuhan Triwulan III-2025 ditopang tingginya pertumbuhan ekspor dan konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 9,91% dan 5,49%. Konsumsi Rumah Tangga tumbuh melambat dari 4,97% menjadi 4,89%.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik di bulan Oktober 2025 ke level 121,22 yang merupakan level tertingginya dalam 6 bulan terakhir. Kenaikan IKK didorong oleh naiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen.

Inflasi bulan Oktober 2025 tercatat sebesar 2,86%. Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak bulan April 2024. Inflasi inti juga tercatat naik ke level 2,36% dari bulan sebelumnya sebesar 2,19%. Naiknya inflasi menjadi salah satu faktor bagi Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuannya di bulan Oktober.

Download Ulasan Ekonomi bulan November selengkapnya


Tema Investasi Khusus: MSCI Rebalancing

Rebalancing indeks oleh MSCI merupakan proses triwulanan untuk menyesuaikan komposisi indeks agar mencerminkan perubahan kondisi pasar, termasuk kapitalisasi pasar free float (FFMC), likuiditas, dan struktur kepemilikan publik. Mekanisme ini penting karena banyak dana indeks dan ETF global yang menjadikan MSCI sebagai acuan alokasi. Masuk atau keluarnya saham dari indeks dapat memicu aliran dana yang berdampak pada harga dan likuiditas di pasar domestik.

Bagi investor dengan eksposur pada saham Indonesia, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, saham yang berpotensi masuk ke indeks MSCI cenderung menarik minat dana asing yang mengikuti indeks tersebut dan pada akhirnya berpotensi meningkatkan aktivitas dan likuiditas di jangka pendek. Kedua, saham yang berisiko keluar atau belum memenuhi syarat free float dan likuiditas dapat menghadapi tekanan jual akibat potensi aliran dana keluar.

MSCI juga tengah mengkaji perubahan metodologi perhitungan free float yang menjadi faktor penting untuk dicermati. Dalam pembaruan yang sedang dikonsultasikan dengan para pelaku pasar, MSCI akan lebih ketat dalam menentukan kepemilikan yang dianggap “publik” dengan mengecualikan saham milik pihak berelasi atau investor strategis. Langkah ini bertujuan meningkatkan akurasi representasi pasar, namun bagi sejumlah emiten Indonesia bisa berarti berdampak pada penurunan adjusted free float dan bobot dalam indeks yang lebih kecil. Selain itu, investor juga mencermati rencana MSCI memperluas definisi free float bagi emiten Indonesia, yang dapat memengaruhi bobot saham domestik di indeks global.

Secara keseluruhan, rebalancing kali ini bukan sekadar momentum teknikal jangka pendek, melainkan juga fase penyesuaian struktural bagi pasar Indonesia dalam indeks global. Dengan potensi kebijakan free float yang lebih ketat, komposisi indeks ke depan berpotensi mencerminkan kualitas likuiditas dan kepemilikan publik yang lebih sehat. Pemahaman terhadap arah aliran dana dan dampak atas metodologi yang dipakai MSCI akan menjadi faktor kunci dalam menjaga kinerja portofolio ke depan.

Download Ulasan Ekonomi bulan November selengkapnya