Indonesia Tetap Positif di 2014Indonesia Tetap Positif di 2014

“Saya positif tahun depan perekonomian Indonesia akan tetap baik dan kondisi dunia investasi masih tetap meningkat dengan indeks yang juga meningkat,” ujar Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen (SAM) Agus Yanuar. Menurutnya, berbagai faktor masih menunjukkan Indonesia masih menjadi tempat yang menarik dan menguntungkan untuk berinvestasi. Walaupun risiko masih akan tetap ada dan tetap harus diwaspadai.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang tinggi dan stabil dibandingkan negara lain. Tahun ini misalnya, walaupun banyak yang mengatakan tahun ini Indonesia dilanda resesi, namun bagi Agus hal ini bukanlah resesi karena pertumbuhan ekonomi masih berada antara 5.5%-5.9%. Persentase ini masih berada dalam angka rentang pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Pada tahun 2014, perekonomian Indonesia diproyeksikan bertumbuh hingga 6.2% oleh Bank Dunia.

Bank Dunia juga mencatat pertumbuhan kelas menengah yang cukup tinggi dan kuat. Menurut Bank Dunia, seseorang dikatakan masuk ke kelas menengah ketika pengeluarannya berkisar antara AS$ 2-AS$ 20 per harinya dan setidaknya 60% orang Indonesia masuk ke dalam kelas tersebut. “Hal ini disebabkan dengan pendapatan per kapita Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Ketika reformasi baru dimulai pada 1998, pendapatan per kapita sebesar AS$ 650 sedangkan sekarang telah mencapai AS$ 3.800,” jelas Agus.

Dengan demikian, sektor-sektor bisnis dan usaha yang akan berhasil tahun depan masih pada sektor yang berhubungan dengan demografi dan konsumsi domestik karena diuntungkan oleh peningkatan masyarakat kelas menengah tersebut. Sektor seperti perbankan, konsumsi, lifestyle, konstruksi, dan kesehatan masih menarik minat karena dapat memberikan imbal hasil maksimal.

Bangkitnya kelas menengah juga memperbanyak investor lokal sehingga bursa semakin kuat menghadapi goncangan dari luar. Hal ini terlihat di tengah-tengah penarikan dana asing yang terjadi pada beberapa bulan lalu. Ketika asing sedang melakukan penjualan, banyak investor lokal yang menanamkan dananya untuk berinvestasi. Hal ini membuat pasar kita semakin kuat dan tak sepenuhnya bergantung pada investor asing.

Investor asing pun diperkirakan masih tetap tertarik untuk kembali menanamkan uangnya di Indonesia. “Ternyata pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat belum sekuat yang diperkirakan dan banyak lembaga yang menginginkan imbal hasil besar. Untuk mendapatkan imbal hasil besar harus menanamkan uangnya di negara emerging market, seperti di Indonesia. Dana Pensiun dan bank sentral pun masih banyak yang berinvestasi di Indonesia,” tutur Agus.
Walaupun demikian, ada faktor-faktor yang harus diwaspadai seperti defisit neraca berjalan dan defisit anggaran Indonesia karena berpengaruh langsung pada kurs mata uang Indonesia. Apalagi melihat dua hal tersebut yang menjadi penyebab penarikan dana asing besar-besaran yang terjadi beberapa bulan silam. Selain itu, tren kenaikan bahan pangan yang mulai terjadi pun harus masuk dalam daftar hal yang harus diperhatikan.

Iklim politik Indonesia yang akan melaksanakan pemilu turut memengaruhi. Jika calonnya disukai oleh pasar maka indeks akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Tapi, menurut pengalaman Agus, di tahun pemilu indeks biasanya mengalami peningkatan karena konsumsi domestik menjadi tambah besar untuk keperluan kampanye.

Kebijakan bank sentral Amerika Serikat harus diperhatikan dengan seksama. Menurut Agus sendiri tahun depan bank sentral Amerika Serikat tak akan melakukan sesuatu yang drastic karena baru terjadi pergantian gubernur bank sentral. Walaupun diperkirakan tapering akan tetap dilakukan pada bulan Maret 2014.

Melihat hal-hal tersebut, Agus pun yakin tahun depan pasar akan tetap tumbuh. Agus sendiri menargetkan reksadana obligasi milik SAM akan mendapatkan imbal hasil sebesar 10%-12%, reksadana campuran 15%, dan reksadana saham 20%. Agus berkeyakinan targetnya ini dapat mencapai sasaran, bahkan tak menutup kemungkinan melebihi yang ditargetkan.

Semua yg terbaik dari SAM

“Saya positif tahun depan perekonomian Indonesia akan tetap baik dan kondisi dunia investasi masih tetap meningkat dengan indeks yang juga meningkat,” ujar Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen (SAM) Agus Yanuar. Menurutnya, berbagai faktor masih menunjukkan Indonesia masih menjadi tempat yang menarik dan menguntungkan untuk berinvestasi. Walaupun risiko masih akan tetap ada dan tetap harus diwaspadai.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang tinggi dan stabil dibandingkan negara lain. Tahun ini misalnya, walaupun banyak yang mengatakan tahun ini Indonesia dilanda resesi, namun bagi Agus hal ini bukanlah resesi karena pertumbuhan ekonomi masih berada antara 5.5%-5.9%. Persentase ini masih berada dalam angka rentang pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Pada tahun 2014, perekonomian Indonesia diproyeksikan bertumbuh hingga 6.2% oleh Bank Dunia.

Bank Dunia juga mencatat pertumbuhan kelas menengah yang cukup tinggi dan kuat. Menurut Bank Dunia, seseorang dikatakan masuk ke kelas menengah ketika pengeluarannya berkisar antara AS$ 2-AS$ 20 per harinya dan setidaknya 60% orang Indonesia masuk ke dalam kelas tersebut. “Hal ini disebabkan dengan pendapatan per kapita Indonesia yang terus mengalami peningkatan. Ketika reformasi baru dimulai pada 1998, pendapatan per kapita sebesar AS$ 650 sedangkan sekarang telah mencapai AS$ 3.800,” jelas Agus.

Dengan demikian, sektor-sektor bisnis dan usaha yang akan berhasil tahun depan masih pada sektor yang berhubungan dengan demografi dan konsumsi domestik karena diuntungkan oleh peningkatan masyarakat kelas menengah tersebut. Sektor seperti perbankan, konsumsi, lifestyle, konstruksi, dan kesehatan masih menarik minat karena dapat memberikan imbal hasil maksimal.

Bangkitnya kelas menengah juga memperbanyak investor lokal sehingga bursa semakin kuat menghadapi goncangan dari luar. Hal ini terlihat di tengah-tengah penarikan dana asing yang terjadi pada beberapa bulan lalu. Ketika asing sedang melakukan penjualan, banyak investor lokal yang menanamkan dananya untuk berinvestasi. Hal ini membuat pasar kita semakin kuat dan tak sepenuhnya bergantung pada investor asing.

Investor asing pun diperkirakan masih tetap tertarik untuk kembali menanamkan uangnya di Indonesia. “Ternyata pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat belum sekuat yang diperkirakan dan banyak lembaga yang menginginkan imbal hasil besar. Untuk mendapatkan imbal hasil besar harus menanamkan uangnya di negara emerging market, seperti di Indonesia. Dana Pensiun dan bank sentral pun masih banyak yang berinvestasi di Indonesia,” tutur Agus.
Walaupun demikian, ada faktor-faktor yang harus diwaspadai seperti defisit neraca berjalan dan defisit anggaran Indonesia karena berpengaruh langsung pada kurs mata uang Indonesia. Apalagi melihat dua hal tersebut yang menjadi penyebab penarikan dana asing besar-besaran yang terjadi beberapa bulan silam. Selain itu, tren kenaikan bahan pangan yang mulai terjadi pun harus masuk dalam daftar hal yang harus diperhatikan.

Iklim politik Indonesia yang akan melaksanakan pemilu turut memengaruhi. Jika calonnya disukai oleh pasar maka indeks akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Tapi, menurut pengalaman Agus, di tahun pemilu indeks biasanya mengalami peningkatan karena konsumsi domestik menjadi tambah besar untuk keperluan kampanye.

Kebijakan bank sentral Amerika Serikat harus diperhatikan dengan seksama. Menurut Agus sendiri tahun depan bank sentral Amerika Serikat tak akan melakukan sesuatu yang drastic karena baru terjadi pergantian gubernur bank sentral. Walaupun diperkirakan tapering akan tetap dilakukan pada bulan Maret 2014.

Melihat hal-hal tersebut, Agus pun yakin tahun depan pasar akan tetap tumbuh. Agus sendiri menargetkan reksadana obligasi milik SAM akan mendapatkan imbal hasil sebesar 10%-12%, reksadana campuran 15%, dan reksadana saham 20%. Agus berkeyakinan targetnya ini dapat mencapai sasaran, bahkan tak menutup kemungkinan melebihi yang ditargetkan.

Semua yg terbaik dari SAM