Ulasan Pasar & Ekonomi Triwulan 1 2025

Download file Ulasan Lengkap

Ulasan Pasar Global

Pasar saham global mengalami penguatan sejak awal tahun. Rerata indeks saham global, yang terdiri dari indeks saham negara maju dan negara berkembang, mencatatkan kenaikan sebesar 8%. Indeks saham Teknologi AS (NASDAQ) tercatat sebagai pemimpin indeks saham global, sementara indeks saham Meksiko (S&P/BMV IPC) menjadi yang paling tertinggal.

Indeks saham negara-negara berkembang relatif tertinggal dibandingkan dengan indeks saham global pada tahun ini. Indeks saham Tiongkok (SHCOMP), Malaysia (FTSE KLCI), dan India (SENSEX) tercatat berkinerja lebih baik. Di sisi lain, indeks saham Meksiko (S&P/BMV IPC), Brazil (BOVESPA), dan Indonesia (IHSG) relatif tertinggal sejak awal tahun.

Indeks saham negara-negara maju mencatatkan hasil positif pada tahun ini. Indeks saham yang relatif unggul adalah Teknologi AS (NASDAQ), diikuti oleh Taiwan (TWSE), Amerika Serikat (S&P 500), dan Jepang (Nikkei 225). Sementara indeks saham Korea Selatan (KOSPI), Denmark (OMX Copenhagen), dan Swedia (OMX Stockholm) tercatat tertinggal.

Dari sisi kinerja sektoral saham pada kawasan-kawasan ekonomi besar di dunia, sektor Teknologi, Telekomunikasi, dan Keuangan cenderung memimpin sejak awal tahun. Sementara sektor Bahan Baku, Energi, dan Kesehatan relatif tertinggal.

Indeks Teknologi NASDAQ dan Taiwan Stock Exchange Weighted menjadi indeks saham yang membukukan kinerja terbaik sepanjang tahun 2024 di antara indeks saham global lainnya. Hal ini mencerminkan tema sektor teknologi seperti semikonduktor dan artificial intelligence (AI) masih mendominasi di pasar global.

Pasar saham AS berkinerja jauh lebih baik dibanding rerata indeks pasar saham global seiring kenaikan imbal hasil US Treasury dan penguatan Dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia. Di sisi lain, harga komoditas energi mulai merangkak naik.

Kami melihat kondisi pasar yang positif masih menjadi asumsi dasar kami, di mana narasi soft landing tetap berpeluang untuk terjadi. Asumsi di didasarkan pada harapan ekonomi AS yang tetap kokoh dan ekonomi China yang dapat menunjukkan pemulihan.

Indeks dolar AS dalam tren menguat sejak Trump terpilih sebagai Presiden AS di bulan November lalu. Di sisi lain, data tenaga kerja AS yang masih kuat mencerminkan ekspektasi ekonomi yang kuat dan potensi kenaikan inflasi ke depannya. Hal ini membuat pasar melihat potensi the Fed tidak akan terburu-buru dalam memangkas tingkat suku bunga

Ulasan Makro Ekonomi Indonesia

Indonesia terus mencatatkan surplus neraca dagang setiap bulannya sejak pertengahan tahun 2020 hingga sekarang. Di bulan November 2024 neraca dagang Indonesia surplus AS$4,42 miliar. Rentetan surplus tersebut turut meningkatkan cadangan devisa Indonesia dari kisaran AS$130 miliar di awal tahun 2020 menjadi AS$155 miliar di akhir tahun 2024.

Di bulan Desember 2024 Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya, meskipun the Fed menurunkan suku bunganya 25 basis poin. Saat ini selisih suku bunga BI dan the Fed sebesar 150 basis poin, melebar seiring the Fed yang telah menurunkan suku bunganya 100 basis poin di sepanjang tahun 2024, sedangkan suku bunga BI tetap bertahan di 6%.

Tren surplus neraca dagang dan masih tingginya suku bunga BI belum cukup untuk menjaga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Di sepanjang Triwulan-IV 20204, Rupiah melemah 6,4% terhadap Dolar AS dari 15.140 menjadi 16.100. Adapun di periode yang sama Indeks Dolar AS menguat 7,6% dari 100,8 menjadi 108,5.

Alokasi Aset

Kami melihat potensi imbal hasil saham cukup baik, ditopang oleh kinerja sektor-sektor yang bersifat cyclical value. Potensi imbal hasil kami masih baik (sebelum dividen saham), masing-masing 12,5% (IDX80) dan 9,8% (indeks obligasi INDOBeX Total Return) – data per 30 December 2024.

Alokasi aset yang sedikit condong kepada instrumen saham kami pandang cukup bijak dan efisien dalam menyeimbangkan risiko dan potensi imbal hasil. Kami melihat bahwa rasio 50:50 antara saham dan obligasi cukup optimal.

Perlu selalu kami sampaikan bahwa alokasi aset yang ideal bagi setiap investor sangat bergantung pada: 1) tujuan; 2) jangka waktu investasi; dan 3) profil risiko. Pada Grafik 14, kami tampilkan alokasi aset yang secara teori bisa dikatakan ideal sesuai dengan profil risiko setiap investor.

Download Ulasan Bulanan PDF lebih lengkap