Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Rabu, (8/11). Dow terdepresiasi sebesar -0.12%, S&P 500 dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.10% dan 0.08%. Dari Eropa, indeks bergerak bervariasi. FTSE 100 terdepresiasi sebesar -0.11% dan STOXX600 terapresiasi sebesar -0.28%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,648. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menguat masing-masing sebesar 0.29% dan 0.54% diperdagangkan pada level US$ 79.93 dan US$ 75.72 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan menguat sebesar 0.50%, NIKKEI Jepang bertumbuh sebesar 0.84%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak bervariasi pada pagi hari ini dengan Dow terapresiasi sebesar 0.02%, S&P dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.06%, dan -0.09%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi tahunan China pada 2023 dan 2024, karena telah mencatat kinerja yang lebih kuat dari yang diharapkan pada kuartal III/2023. China juga menerapkan berbagai kebijakan untuk mendukung pemulihan. Menurut laporan Article IV Mission yang dirilis Selasa (7/11/2023) IMF memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) China akan tumbuh sebesar 5,4% pada 2023 dan 4,6% pada 2024. Angka tersebut masing-masing lebih tinggi 0,4 poin persentase lebih tinggi dari proyeksi IMF pada Oktober 2023. IMF mencatat bahwa pertumbuhan yang lebih lambat pada 2024 kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan properti dan lemahnya permintaan eksternal. (Bisnis)
Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi aliran masuk modal asing sebesar Rp16,98 triliun ke pasar keuangan domestik melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Total outstanding SRBI per 6 November 2023 telah mencapai Rp144,31 triliun. Dari jumlah tersebut, SRBI yang diperdagangkan di pasar sekunder adalah sebesar Rp27,99 triliun, di mana Rp16,98 triliun dimiliki asing. Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK) BI Donny Hutabarat menyampaikan bahwa pasar sekunder SRBI sudah cukup berkembang, tercermin dari kepemilikan asing di atas US$1 miliar di SRBI. (Bisnis)
Bank Indonesia (BI) kembali bermanuver untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah yang sempat tertekan akibat ketidakpastian pasar keuangan global, salah satunya kebijakan Federal Reserve (The Fed). Untuk merespons gejolak ekonomi dunia, BI akan merilis Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). SVBI dan SUVBI rencananya mulai diimplementasikan pada 21 November 2023. SVBI akan diterbitkan dengan tenor 1, 3, 6, 9, dan 12 bulan. Sementara itu, SUVBI diterbitkan dengan tenor 1, 3, dan 6 bulan, dengan setelmen T+2. (Bisnis)
Best Regards,

Leave a Reply