Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Kamis, (7/9). Dow terapresiasi sebesar 0.17%, S&P 500 dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.32% dan -0.89%. Dari Eropa, indeks bergerak bervariasi. FTSE 100 terapresiasi sebesar 0.21% dan STOXX600 terdepresiasi sebesar -0.14%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,338. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak terdepresiasi masing-masing sebesar -0.44% dan -0.51% diperdagangkan pada level US$ 89.53 dan US$ 86.44 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -0.43%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -0.89%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak bervariasi pada pagi hari ini dengan Dow terapresiasi sebesar 0.05%, S&P dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.02% dan -0.06%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Gubernur Federal Reserve Dallas, Lorie Logan, mengatakan bahwa langkah untuk tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan bank sentral AS yang akan datang mungkin sesuai. Namun, ia menilai suku bunga mungkin harus dinaikkan lebih lanjut untuk mengembalikan inflasi ke 2%. Federal Open Market Committee, kelompok pembuat kebijakan the Fed yang menetapkan suku bunga, akan berkumpul pada 19-20 September dan mendiskusikan apakah tingkat suku bunga acuan saat ini sudah cukup tinggi untuk meredakan permintaan dan inflasi di negara itu. (Bloomberg)
Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi cadangan devisa pada akhir Agustus senilai US$ 137.1 miliar. Jumlah tersebut menurun US$ 600 juta dibandingkan akhir Juli tahun ini yang tercatat US$ 137.7 miliar. Pemicu terkikisnya cadangan devisa, pertama lantaran pembayaran utang luar negeri pemerintah. Kedua, kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Di sisi lain, kewajiban eksportir untuk memarkir devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam di dalam negeri, tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 dan berlaku mulai 1 Agustus 2023 tampaknya belum berdampak terhadap cadangan devisa. (Kontan)
Pemerintah dan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR) sepakat untuk menyelaraskan asumsi dasar ekonomi makro dalam postur sementara RAPBN 2024. Hal ini seiring dengan perkembangan ekonomi terkini dan prospek perekonomian ke depan, terutama berkaitan dengan harga minyak yang bergerak cepat dalam beberapa waktu terakhir. Menkeu memaparkan, asumsi harga minyak mentah (ICP) disesuaikan menjadi US$ 82 per barel dan lifting minyak bumi menjadi 635 ribu barel per hari. Sri Mulyani mengungkapkan, target pendapatan negara dinaikkan Rp 21 triliun dari Rp 2.781,3 triliun menjadi Rp 2.802,3 triliun. Jika dirinci, penerimaan perpajakan meningkat Rp 2,0 triliun menjadi Rp 2.309,9 triliun terutama didorong dengan implementasi coretax system, kegiatan digital forensic, dan menjaga efektivitas implementasi reformasi perpajakan. (Investor)
Best Regards,
SAM Investment

Leave a Reply