Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Rabu, (6/9). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.57%, -0.70%, dan -1.06%. Dari Eropa, indeks bergerak melemah. FTSE 100 dan STOXX600 terdepresiasi masing – masing sebesar -0.16% dan -0.57%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,334. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak terapresiasi masing-masing sebesar 0.22% dan 0.19% diperdagangkan pada level US$ 90.86 dan US$ 87.72 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -0.60%, NIKKEI Jepang bertumbuh sebesar 0.05%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak melemah pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.02%, -0.04%, dan -0.09%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan produksi minyaknya hingga akhir 2023. Keputusan ini diumumkan kedua negara produsen minyak tersebut pada Selasa (4/9). Kementerian Energi Arab Saudi menyatakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) selama tiga bulan mendatang hingga Desember 2023. Sementara Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, negaranya akan kembali memangkas produksi 300.000 barel perhari hingga akhir 2023. (Kontan)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan adanya perubahan asumsi harga minyak mentah atau Indonesian Crude Price (ICP) serta lifting minyak dalam asumsi dasar makro RAPBN 2024. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu menyampaikan, asumsi ICP meningkat menjadi US$ 82 per barel dari sebelumnya. US$ 80 dolar, serta lifting minyak ditargetkan 635 ribu barel per hari dari sebelumnya 625 ribu barel per hari. Terlepas adanya perubahan tersebut, beliau menjelaskan bahwa tidak ada perubahan dalam aspek defisit fiskal. (Investor)
KTT ASEAN Summit 2023 yang dilaksanakan di Jakarta juga akan menjadi wadah pembahasan lebih lanjut terkait daftar proyek-proyek Prioritas Awal pembangunan Proyek Infrastruktur Potensial ASEAN ‘Initial Pipeline’ dalam Rencana menghubungkan ASEAN pada 2025. Proyek Initial Pipeline akan memperkuat ekonomi dan transportasi yang ada melalui investasi, sehingga diharapkan dapat mempererat konektivitas dan mobilisasi antar negara anggota. Pembentukan infrastruktur diperlukan untuk mencapai visi Konektivitas ASEAN. Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi menekankan pentingnya identifikasi dalam perencanaan untuk dapat menjadikan kawasan ini saling terhubung. Daftar rencana tersebut mencakup sektor transportasi, energi, dan teknologi informasi dan komunikasi yang berpotensi berkontribusi terhadap peningkatan pergerakan masyarakat, jasa, barang, dan inovasi di antara Negara-negara Anggota ASEAN. (CNBC)
Best Regards,

Leave a Reply