Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak menguat pada hari Jumat (25/8). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.73%, 0.67%, dan 0.94%. Dari Eropa, indeks bergerak bervariasi. FTSE 100 terapresiasi sebesar 0.07% dan STOXX600 terdepresiasi sebesar -0.04%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,292. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak melemah masing-masing sebesar -0.14% dan -0.04% diperdagangkan pada level US$ 83.83 dan US$ 79.80 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terapresiasi sebesar 0.80%, NIKKEI Jepang menguat sebesar 1.60%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.16%, 0.10%, dan 0.14%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Dalam pidatonya di Jackson Hole, Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memastikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) akan tetap dinaikkan untuk menekan laju inflasi. Dikutip dari Data Biro Statistik Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) AS mencatat penurunan laju inflasi inti masing-masing yang naik hanya sebesar 0,2% pada bulan Juni dan Juli tahun ini. Sedangkan tolak ukur inflasi The Fed telah turun menjadi 3,3% dari puncaknya sebesar 7% pada musim panas tahun lalu. Pidato Powell menandakan rangkaian 11 kali peningkatan suku bunga yang saat ini bertengger di angka 5,25%-5,5% dan merupakan yang tertinggi dalam 22 tahun lebih. (Investor)
Cadangan devisa (cadev) Indonesia mengalami penyusutan daya untuk mencukupi pembiayaan yang membutuhkan valuta asing. Sekitar 2,5 tahun lalu, cadangan devisa masih memiliki kemampuan setara dengan pembiayaan 10.5 bulan impor, sementara pada akhir Juli 2023, kemampuan Indonesia menurun drastis menjadi hanya sekitar 6 bulan impor pembiayaan dengan nominal USD137.7 miliar. Ekonom senior LPPI Ryan Kiryanto mengatakan bahwa penurunan kemampuan cadangan devisa ini dapat memberi sentimen negatif bagi mata uang rupiah. Hal ini bisa mengundang para spekulan pasar uang untuk melakukan aksi ?serangan? ke nilai tukar rupiah karena pertahanan Bank Indonesia dalam kondisi longgar. (Investor)
Ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat masih menjadi perhatian dunia, khususnya kawasan ASEAN yang berpeluang mendapatkan investasi. Kawasan ASEAN dari kondisi ini diuntungkan pada potensi relokasi industri serta keluarnya aliran modal dari China ke negara ASEAN. Akibatnya, aliran modal asing berpotensi akan masuk ke ASEAN di masa mendatang. Meskipun begitu, Wakil Direktur Indef Eko Listyanto menilai bahwa Indonesia masih kesulitan menarik investasi, terutama pada FDI manufaktur. Hal ini disebabkan karena nilai ICOR Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu 7.6% jika dibandingkan dengan Filipina sebesar 3.7% dan Malaysia senilai 4.4%. (Kontan)
Best Regards,

Leave a Reply