Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Selasa (15/8). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -1.02%, -1.16%, dan -1.14%. Dari Eropa, indeks bergerak menurun. FTSE 100 dan STOXX600 terdepresiasi masing – masing sebesar -1.57% dan -0.93%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,317. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak melemah masing-masing sebesar -0.08% dan -0.09% diperdagangkan pada level US$ 84.83 dan US$ 80.93 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -1.22%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -1.07%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak bervariasi pada pagi hari ini dengan Dow dan S&P terdepresiasi masing – masing sebesar -0.01% dan -0.01%, Nasdaq terapresiasi sebesar 0.06%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Tiongkok kembali memangkas sejumlah suku bunga pada Selasa (15/08) setelah sebelumnya People?s Bank of China (PBOC) memangkas suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah sebesar 15 basis poin menjadi 2,50%. Kali ini, PBOC mengumumkan pemangkasan suku bunga outstanding facility sebesar 10 basis poin. Suku bunga overnight turun menjadi 2,65%, tujuh hari turun menjadi 2,80% dan satu bulan turun menjadi 3,15%. Julians Evans-Pritchard selaku ekonom Capital Economic mengatakan pemangkasan tersebut terjadi karena data ekonomi Tiongkok terbaru memburuk di bawah konsensus. (Kontan)
Perdagangan rupiah di pasar spot pada Selasa (15/08) ditutup turun 0.17% ke level Rp15.341 per dolar AS bersamaan dengan mayoritas mata uang Asia seperti yuan China yang turun 0,38%, ringgit Malaysia turun 0,46%, won Korea turun 0,37% dan dolar Taiwan turun 0,02%. Analis Komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono menjelaskan pelemahan tersebut terjadi akibat sentimen The Fed yang tetap hawkish dan cadangan dolar Indonesia yang tidak sebesar China atau Jepang. Tidak hanya itu, Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menyebutkan pelemahan terjadi akibat aksi penjualan obligasi di emerging market. (Bisnis)
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2023 masih mencatat surplus sebesar US$1,31 miliar dan merupakan pencapaian selama 39 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Pelaksana tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan hal tersebut diperoleh dari selisih total nilai ekspor Indonesia pada bulan lalu yang mencapai US$20,88 miliar dan nilai Impor yang mencapai US$19,57 miliar. Surplus perdagangan bulan Juli 2023 ditopang oleh komoditas nonmigas dengan nilai US$3,22 miliar, tambahnya. (Bisnis)
Best Regards,

Leave a Reply