Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Rabu (9/8). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.54%, -0.70%, dan -1.17%. Dari Eropa, indeks bergerak menguat. FTSE 100 dan STOXX600 terapresiasi masing – masing sebesar 0.80% dan 0.43%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15190. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menurun masing-masing sebesar -0.22% dan -0.24% diperdagangkan pada level US$ 87.36 dan US$ 84.22 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -0.38%, NIKKEI Jepang terapresiasi sebesar 0.05%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.26%, 0.25%, dan 0.25%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Perekonomian Tiongkok akhirnya masuk ke jurang deflasi. Dilansir dari Reuters, Biro Statistik Nasional Tiongkok melaporkan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen turun 0,3% pada Juli 2023. Sejalan dengan hal itu, indeks harga produsen (PPI) Tiongkok pada Juli 2023 juga turun 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4% secara tahunan. Ekonom Senior Asia Pasifik Natixis Gary Ng menilai di sisa tahun ini ekonomi Tiongkok akan bergantung pada percepatan pertumbuhan industri manufaktur dan jasa karena masalah di properti muncul kembali. (Kontan)
Indeks Penjualan Riil Juli 2023 turun 4.5% mtm ke nilai 212.7. Penurunan ini lebih dalam dibandingkan dengan Juni 2023 yang hanya terkontraksi tipis sebesar 0.3% mom. Indeks penjualan yang menurun pada Juli utamanya disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan disusul oleh peralatan informasi dan komunikasi dan barang lainnya. Ketua Umum Asosiasi Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas menduga bahwa kelas menengah atas mulai menahan belanjanya, selaras dengan kondisi politik negeri menuju pemilu hingga tahun 2024 mendatang. (Kontan)
Presiden Joko Widodo menyebutkan sektor real estat, properti, dan konstruksi ke perekonomian nasional sepanjang tahun 2018-2022 berkontribusi hingga 16% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian dan perdagangan yang masing-masing berkontribusi sebesar 13.35% dan 12.85% terhadap PDB. Pencapaian ini cukup menggembirakan karena sektor properti di sebagian besar negara lain tidak banyak bisa bertahan karena pandemi. Sementara sektor ini membuka banyak lapangan kerja dan membawa multiplier effect bagi 185 subsektor lainnya dari perdagangan bahan material, furniture, alat dapur, hingga industri jasa dan lainnya. (Investor)
Best Regards,

Leave a Reply