Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Selasa (8/8). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.45%, -0.42%, dan -0.79%. Dari Eropa, indeks bergerak melemah. FTSE 100 dan STOXX600 terdepresiasi masing – masing sebesar -0.36% dan -0.23%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,206. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menurun masing-masing sebesar -0.10% dan -0.14% diperdagangkan pada level US$ 86.07 dan US$ 82.79 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terapresiasi sebesar -0.20%, NIKKEI Jepang terdepresiasi sebesar -0.14%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak bervariasi pada pagi hari ini dengan Dow terdepresiasi sebesar -0.04%, S&P dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.06% dan 0.15%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Aktivitas ekspor dan impor China anjlok pada Juli imbas permintaan global dan permintaan dalam negeri yang terus turun. Dilansir dari data Bea Cukai China, aktivitas ekspor China turun 14.5% yoy, diikuti dengan aktivitas impor China yang turun 12.4%. Beberapa ekonom mengaitkan kondisi harga komoditas yang jatuh berdampak pada impor China yang juga jatuh, yang artinya pabrik-pabrik China masih membeli bahan baku tetapi dengan harga beli yang rendah. Penurunan permintaan China ini mengakibatkan permintaan Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Afrika Selatan, dan Kanada turun hingga dua digit. Selain itu, pengiriman ke AS anjlok hingga 23.1% pada Juli dengan ekspor ke Jepang, Korea Selatan, Taiwan, ASEAN, UE, Brasil, dan Australia yang juga turun hingga dua digit. (Kontan)
Konsumsi masyarakat pada awal semester kedua tahun ini tampak melemah dan harus diwaspadai berlanjut sampai akhir tahun. Dari survei Konsumen Bank Indonesia (BI), proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk berbelanja pada Juli 2023 tercatat sebesar 75,5% menurun 0,2% dibanding bulan sebelumnya. Sejalan dengan penurunan tersebut, tercatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli lalu tercatat di level 123,5, lebih rendah 3,6 poin dari bulan sebelumnya. Meskipun begitu, Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa penurunan tersebut hanya musiman dan tahun politik dapat kembali meningkatkan optimisme masyarakat. (Kontan)
Kebijakan moneter ketat dari sejumlah negara mendorong aksi penggalangan dana berbasis surat utang. Hingga 31 Juli 2023 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp77,05 triliun. Sayangnya, geliat penerbitan korporasi dan sukuk korporasi pada paruh kedua hanya memiliki sisa tenaga kurang dari setengah realisasi pada awal tahun dengan rencana penerbitan surat utang senilai Rp 29.4 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengatakan prospek penerbitan surat utang korporasi pada bulan Agustus hingga sisa tahun 2023 masih baik meskipun secara keseluruhan tidak setinggi tahun lalu. (Bisnis)
Best Regards,

Leave a Reply