SAM Ulasan Ekonomi dan Pasar Harian – 21 Juli 2023

Kilas Pasar 

Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Kamis (18/7). Dow terapresiasi sebesar 0.47%, S&P 500 dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.68% dan -2.05%. Dari Eropa, indeks bergerak menguat FTSE 100 dan STOXX600 terapresiasi masing – masing sebesar 0.76% dan 0.36%. 

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,018. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menguat masing-masing sebesar 0.55% dan 0.57% diperdagangkan pada level US$ 80.07 dan US$ 76.09 per barel. 

Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -0.52%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -0.34%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak melemah pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.10%, 0.05%, dan 0.03%. 

Isu Ekonomi dan Pasar 

Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed diproyeksi menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan pekan depan menyusul data pasar tenaga kerja AS yang masih kuat. Melansir Reuters, pengajuan klaim tunjangan pengangguran baru turun pekan lalu. Klaim tunjangan menganggur turun sebesar 9.000 sementara klaim pengangguran naik 33.000. Hal ini menandakan adanya perlambatan signifikan pada pertumbuhan lapangan kerja mengingat besarnya pasar tenaga kerja AS. Dengan data ini, pasar memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga untuk terakhir kalinya pada pertemuan 25?26 Juli pekan depan. (Bisnis) 

Tren penurunan indeks harga konsumen dalam beberapa bulan terakhir membuat sejumlah lembaga internasional merevisi ke bawah proyeksi inflasi di Indonesia. Asian Development Bank (ADB) melalui Asian Development Outlook 2023 yang dirilis Kamis, (20/7) menurunkan angka proyeksi inflasi Indonesia 2023 dari 4,2% menjadi 3,8%. Selain itu, Asean+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) dalam Quarterly Update of the Asean+3 Regional Outlook pekan lalu menurunkan prokesi dari yang sebelumnya 4,6% menjadi 3,9%.Menurut laporan ADB, inflasi turun karena daya beli masyarakat Indonesia yang cenderung belum pulih sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi. ADB memproyeksikan  produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh 4,8% sedangkan AMRO memperkirakan di angka 5%. (Bisnis) 

Pembukaan ekonomi Tiongkok yang sebelumnya tertutup karena pandemi diharapkan dapat menjadi katalis bagi pasar global, termasuk Indonesia. Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang hanya 6,3% dan lebih rendah dari rerata satu dekade terakhir membuat Tiongkok diperkirakan belum bisa menjadi penopang dalam mitra dagang dan Indonesia. Ekonom Senior Bank Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat ditunjang oleh permintaan domestik sehingga ia memperkirakan belum ada dampak positif yang dirasakan oleh Indonesia dari pembukaan ekonomi Tiongkok. (Kontan) 

Best Regards, 

SAM Investment


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *