SAM Ulasan Ekonomi dan Pasar Harian – 7 Juli 2023

Kilas Pasar

Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Kamis (6/7). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar ?1.07%, -0.79%, dan -0.82%. Dari Eropa, indeks bergerak melemah. FTSE 100 dan STOXX600 menurun masing – masing sebesar ?2.17% dan ?2.34%.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,147. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menurun masing-masing sebesar -0.08% dan -0.07% diperdagangkan pada level US$ 76.43 dan US$ 71.75 per barel.

Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan menurun sebesar -0.86%, NIKKEI Jepang terdepresiasi sebesar -0.27%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak melemah pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.01%, -0.04%, dan -0.03%.

Isu Ekonomi dan Pasar

Menanggapi inflasi di tengah situasi ekonomi global yang masih lambat dan tidak pasti, intervensi suku bunga dinilai akan lebih banyak dilakukan oleh bank sentral guna menjaga inflasi. Presiden Bank Sentral Federal Reserve (The Fed) menuturkan bahwa bank sentral Amerika Serikat perlu menurunkan suku bunga kembali ke level 2% dengan memaksimalkan langkah yang berkaitan dengan kebijakan moneter. Bank Sentral Malaysia memutuskan untuk menjaga tingkat suku bunga sebesar 3%. Keputusan ini menyebabkan pasar keuangan Malaysia yang relatif tidak bergejolak, yaitu penurunan 0.1% atas mata uang ringgit terhadap dolar dan indeks saham KLCI meluncur senilai 0,4%. (Bisnis)

Kebijakan pajak natura di Indonesia dinilai tidak berdampak besar terhadap penerimaan negara. Pengamat Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menyebutkan penyebab dari hal tersebut adalah potensi penerimaan dari PPh Badan karena biaya pemberian natura bisa dibebankan. Perkiraan dari potensi dapat berkisar di angka Rp1,6 Triliun namun dengan catatan bergantung pada implementasi  pengenaan dan batasan pajak natura/kenikmatan yang dibiayai. Dampak dari kebijakan  pajak natuna baru akan akan terlihat dari keseluruhan hasil Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) selama tahun 2023 (Investor).

Proyeksi dari lembaga Standard and Poor?s (S&P) memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tidak akan mengalami penurunan pada tahun 2023 namun akan dimulai pada awal tahun 2024. Perkiraan tersebut didasari oleh tingkat inflasi yang melandai. Tercatat tingkat inflasi pada Juni 2023 berkisar di angka 3,52% year on year (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 4%. Tidak hanya itu, inflasi bulan Juni merupakan yang terendah sejak 14 bulan terakhir dan masih berada di rentang sasaran inflasi BI yang berada di angka 2-4%. S&P melihat bahwa BI akan semakin mengandalkan instrumen non-suku bunga seperti kebijakan pasar untuk pelaksanaan kebijakan moneter. (Kontan).

Best Regards,

SAM Investment

SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—7-Juli-2023.pdf


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *