Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak menguat pada hari Selasa (6/6). Dow, S&P 500 dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.03%, 0.24%, dan 0.36%. Dari Eropa, indeks bergerak meningkat. FTSE 100 dan STOXX600 bertumbuh masing?masing sebesar 0.37% dan 0.38%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.14,849. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak terapresiasi masing-masing sebesar 0.37% dan 0.01% diperdagangkan pada level US$ 76.26 dan US$ 71.75 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terapresiasi sebesar 0.33%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -0.99%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak bervariasi pada pagi hari ini dengan Dow dan Nasdaq terdepresiasi masing-masing sebesar -0.01% dan -0.04%, sedangkan S&P terapresiasi sebesar 0.03%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Bank Dunia kerek proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023. Di mana, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini bisa mencapai 2,1%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi itu naik dari perkiraan sebelumnya yang hanya 1,7% untuk tahun 2023. Meski begitu, Kepala Ekonom Grup Bank Dunia Indermit Gill menekankan, pertumbuhan ini melambat dibandingkan capaian tahun 2022 yang sebesar 3,1% yoy. Sebab kondisi dunia yang penuh dengan luka akibat pandemi Covid-19. Semua negara baik maju maupun berkembang masih tertatih untuk pulih. Negara maju cukup tertantang dengan adanya permasalahan di pasar keuangan mereka. Pada awal tahun ini, Amerika Serikat (AS) dan Eropa dikejutkan dengan kolaps beberapa bank besar. Tentu efeknya menjalar ke pasar keuangan negara berkembang, yang bahkan dikhawatirkan akan terasa hingga tahun 2024. Sedangkan negara berkembang saat ini, tengah berjuang untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan kehidupan lebih layak bagi masyarakat. Belum lagi, negara berkembang harus berjuang di tengah tren inflasi yang tinggi, suku bunga tinggi, dan peningkatan level utang di berbagai negara. (Kontan)
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) menyatakan tren penurunan inflasi yang terjadi mencerminkan konsistensi pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Perlambatan inflasi yang terjadi dipengaruhi oleh penurunan inflasi pada seluruh komponen pembentuknya. Hingga Mei 2023, inflasi terus melanjutkan tren penurunan. Inflasi pada Mei 2023 tercatat 4,0% secara year on year (yoy), menurun dari April 2023 (4,3%, yoy) dan merupakan angka terendah sejak awal tahun 2023. Pemerintah terus melakukan upaya stabilisasi harga pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan. Pergerakan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) yang melambat ke 3,3% (yoy), lebih rendah dari April 2023 (3,7%, yoy). Terkendalinya harga pangan didukung oleh panen raya padi dan aneka cabai. (Investor)
Best Regards,

Leave a Reply