Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Rabu (7/6). Dow terapresiasi sebesar 0.27%, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.38% dan -1.29%. Dari Eropa, indeks bergerak meningkat. FTSE 100 dan STOXX600 melemah masing?masing sebesar -0.05% dan -0.19%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.14,901. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak terdepresiasi masing-masing sebesar -0.12% dan -0.08% diperdagangkan pada level US$ 76.85 dan US$ 72.47 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan melemah sebesar -0.28%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -0.01%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak melemah pada pagi hari ini dengan Dow, S&P dan Nasdaq terdepresiasi masing-masing sebesar -0.04%, -0.01%, dan -0.06%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Ekspor China terkontraksi untuk pertama kalinya sejak tiga bulan terakhir pada bulan Mei 2023 akibat melemahnya permintaan global. Mengutip dari pemberitaan Bloomberg, Rabu (7/6/2023), Biro Statistik China (NBS) melaporkan ekspor turun 7,5 persen (year-on-year/yoy) menjadi US$285 miliar, jauh dari perkiraan penurunan oleh para analis sebesar 1,8 persen. Berdasarkan laporan, ekspor ke sebagian besar negara tujuan mengalami kontraksi. Tercatat adanya penurunan dua digit ke negara-negara seperti AS, Jepang, Asia Tenggara, Prancis dan Italia. Di lain sisi, impor turun 4,5 persen menjadi US$215 miliar dengan surplus perdagangan sebesar US$66 miliar. Data tersebut lebih baik dari proyeksi analis yang memproyeksi penurunan sebesar 8 persen. (Bisnis)
Bank Dunia meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan sulit untuk menembus level 5%. Dalam laporan terbaru Global Economic Prospects edisi Juni 2023, lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 hanya 4,9%. Meski begitu, perkiraan ini lebih tinggi dari perkiraan Bank Dunia sebelumnya yang sebesar 4,8% untuk tahun 2023. Bank Dunia melihat, ini didorong oleh pertumbuhan permintaan dari China seiring dengan negara Tirai Bambu membuka gerbang perekonomiannya. Ini akan meningkatkan kinerja ekspor, termasuk Indonesia. Terlebih Indonesia merupakan negara mitra dagang China. Namun, Bank Dunia memperkirakan adanya pelemahan kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini seiring dengan normalisasi harga komoditas, yang kemudian akan memengaruhi pertumbuhan. Meski memang, penurunan harga komoditas juga akan membawa dampak positif pada Indonesia berupa turunnya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK). Seiring dengan hal itu, BanK Dunia juga meramal adanya peningkatan permintaan di negara berkembang, meski masih lemah. Namun, dari sisi prospek investasi, Bank Dunia melihat masih ada tantangan terkait akibat tren suku bunga tinggi dan permintaan domestik yang masih lemah. (Kontan)
Best Regards,

Leave a Reply