Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Selasa (23/5). Dow, S&P 500 dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.69%, -1.12%, dan -1.26%. Dari Eropa, indeks FTSE 100 dan STOXX600 menurun masing – masing sebesar -0.10% dan -0.60%. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.14,907. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menguat masing-masing sebesar 1.07% dan 1.19% diperdagangkan pada level US$ 77.67 dan US$ 73.78 per barel. Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan melemah sebesar -0.18%, NIKKEI Jepang terdepresiasi sebesar -0.99%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow Jones, S&P dan Nasdaq terapresiasi masing-masing sebesar 0.05%, 0.04%, dan 0.03%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Perwakilan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan anggota Kongres dari Partai Republik mengakhiri pertemuan negosiasi plafon utang pada Selasa (23/5/2023) tanpa tanda-tanda kemajuan. Padahal, tenggat waktu untuk menaikkan batas pinjaman pemerintah sebesar US$ 31,4 triliun atau risiko gagal bayar semakin dekat. Dikutip dari Reuters, kedua pihak tetap terpecah tentang bagaimana mengendalikan defisit federal. Partai Demokrat berpendapat orang Amerika yang kaya dan pebisnis harus membayar lebih banyak pajak. Sementara itu, Partai Republik menginginkan pemotongan pengeluaran. Negosiator Gedung Putih Shalanda Young, direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, dan penasihat senior Gedung Putih Steve Ricchetti, bertemu dengan rekan-rekan Republik mereka selama sekitar dua jam. Mereka pergi tanpa memberikan komentar substantif kepada media. Menteri Keuangan Janet Yellen telah memperingatkan bahwa pemerintah federal tidak lagi memiliki cukup uang untuk membayar semua tagihannya secepat 1 Juni. Hal itu akan menyebabkan default yang akan memukul ekonomi AS dan mendorong biaya pinjaman lebih tinggi. (Investor)
Neraca transaksi berjalan (current account) Indonesia melanjutkan tren surplus pada kuartal pertama 2023. Bank Indonesia (BI) mencatat, surplus transaksi berjalan pada kuartal I/2023 mencapai US$3,0 miliar atau setara dengan 0,9 persen dari PDB. Meski masih surplus, nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian surplus pada kuartal IV/2022 yang sebesar US$4,2 miliar atau setara dengan 1,3 persen dari PDB. Neraca transaksi berjalan merupakan gambaran neraca pendapatan suatu negara. Nilai surplus menunjukkan kemampuan belanja lebih rendah dari pendapatan sehingga dapat mengakumulasi klaim aset dari seluruh dunia ke dalam negeri. Sebaliknya, jika defisit pengeluaran domestik melebihi pendapatan negara dan mendorong keluarnya sumber daya dalam negeri ke berbagai belahan dunia. (Bisnis)
Best Regards,
SAM Investment

Leave a Reply