Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Senin (22/5). Dow terdepresiasi sebesar -0.42%, S&P 500 dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.02% dan 0.50%. Dari Eropa, indeks FTSE 100 dan STOXX600 meningkat masing – masing sebesar 0.18% dan 0.01%. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.14,899. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menguat masing-masing sebesar 0.50% dan 0.56% diperdagangkan pada level US$ 76.37 dan US$ 72.45 per barel. Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan bertumbuh sebesar 0.58%, NIKKEI Jepang terapresiasi sebesar 0.74%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow Jones, S&P dan Nasdaq terapresiasi masing-masing sebesar 0.26%, 0.32%, dan 0.41%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Pemerintah India menarik uang kertas 2.000 rupee dari peredaran selama 4 bulan ke depan. Imbasnya, emas dan properti atau real estat makin diburu oleh para konsumen. Mengutip dari pemberitaan Bloomberg, Senin (22/5/2023), keputusan penarikan uang dengan nominal 2.000 rupee memberikan dorongan sementara bagi India selaku ekonomi terbesar ketiga di Asia. Untuk menghabiskan uang kertas 2.000 rupee atau sekitar Rp359 ribu dengan cepat, para ekonom memperkirakan masyarakat India akan membeli emas, properti dan barang-barang rumah tangga seperti AC dan lemari es. Sebagai catatan, uang kertas 2.000 rupee akan ditarik selama empat bulan kedepan. Seorang ekonom di DSP Investment Managers Ankita Pathak berharap bahwa penarikan ini sedikit membantu pertumbuhan ekonomi India lantaran karena konsumsi diperkirakan akan naik. Bank sentral India pada Jumat (19/5) memberikan kesempatan kepada warga negara untuk menyetor uang kertas 2.000 rupee ke bank atau menukarnya dengan denominasi lain hingga 30 September 2023, mengutip kebijakan uang bersih. (Bisnis)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, hingga 30 April 2023 APBN tercatat mengalami surplus sebesar Rp 234,7 triliun atau 1,12% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menunjukkan pengelolaan yang prudent dan akuntabel, realisasi pembiayaan terjaga baik dalam mendukung kinerja APBN. Pembiayaan utang (neto) melalui SBN dan pinjaman hingga akhir April 2023 terealisasi sebesar Rp 243,9 triliun. Sedangkan keseimbangan primer mencapai Rp 374,3 triliun pada akhir April 2023. Pemerintah menjalankan kebijakan pembiayaan secara hati-hati dalam melakukan penerbitan SBN dan penarikan pinjaman dengan menyesuaikan kondisi kas dan mencermati dinamika pasar keuangan. Pendapatan negara mencapai Rp 1.000,5 triliun atau 40,6% dari target APBN. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 17,3% dibandingkan April 2022 yang mencapai Rp 853,2 triliun. Dengan rincian penerimaan pajak Rp 688,1 triliun atau 40,1% dari pagu. Angka ini menunjukan pertumbuhan 21,3% dibandingkan April 2022 yang Rp 567,3 triliun. (investor)
Best Regards,

Leave a Reply