Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Senin (15/5). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.14%, 0.30%, dan 0.66%. Dari Eropa, indeks FTSE 100 dan STOXX600 menguat masing – masing sebesar 0.30% dan 0.25%. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.14,792. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak menguat masing-masing sebesar 0.57% dan 0.55% diperdagangkan pada level US$ 75.67 dan US$ 71.53 per barel. Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan bertumbuh sebesar 0.30%, NIKKEI Jepang terapresiasi sebesar 0.73%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak melemah pada pagi hari ini dengan Dow Jones, S&P dan Nasdaq terdepresiasi masing-masing sebesar -0.20%, -0.18%, dan -0.09%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Pasar Asia Pasifik diperdagangkan mixed, setelah dua dari tiga indeks utama Amerika Serikat (AS) mencatat penurunan minggu kedua berturut-turut, dipicu oleh kekhawatiran atas plafon utang AS dan data ekonomi yang mengecewakan. Mata uang Thailand menguat terhadap greenback karena partai oposisi negara itu akan mengamankan kemenangan dalam pemilihan umum (pemilu), mengakhiri hampir satu dekade pemerintahan konservatif yang didukung oleh militer. Investor juga akan mencerna produk domestik bruto (PDB) Thailand untuk kuartal pertama tahun ini. Baht Thailand menguat hari ini terhadap dolar karena partai oposisi membuat keuntungan yang signifikan dalam pemilu. Mata uang itu menguat 0,6% menjadi 33,73 terhadap dolar AS karena partai oposisi Thailand tampaknya akan menjadi pemenang terbesar dalam pemilihan umum Minggu (14/5). Baht melayang di level terkuatnya sejak Februari awal tahun ini ketika diperdagangkan di bawah ambang batas 33,5. Mata uang itu melihat titik terlemah pada Oktober 2022 karena Federal Reserve (Fed) AS melanjutkan siklus pengetatannya di atas 38,3 terhadap dolar, mata uang Thailand terlemah sejak Agustus 2006, menurut data Refinitiv. (Investor)
Neraca perdagangan Indonesia pada April 2023 kembali membukukan surplus, yaitu sebesar US$3,94 miliar. Surplus tersebut meningkat dari capaian surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$2,83 miliar. Neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami surplus selama 36 bulan beruntun. Jika dirincikan, surplus neraca perdagangan pada April 2023 terutama didorong oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas, yaitu mencapai US$5,64 miliar. Surplus ini meningkat dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang didukung tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas sebesar US$18,03 miliar. Ekspor nonmigas yang tetap tinggi tersebut terutama bersumber dari peningkatan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam seperti bijih logam dan timah seiring harga komoditas global yang masih tinggi. (Bisnis)
Best Regards,

Leave a Reply