Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Kamis (11/5). Dow dan S&P 500 terdepresiasi masing – masing sebesar -0.66% dan -0,17%, sedangkan Nasdaq menguat sebesar 0.18%. Dari Eropa, indeks FTSE 100 dan STOXX600 menurun masing – masing sebesar -0.14% dan – 0.01%. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.14,723. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak melemah masing-masing sebesar -0.83% dan -0.06% diperdagangkan pada level US$ 74.83 dan US$ 70.84 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan menurun sebesar -0.54%, NIKKEI Jepang terapresiasi sebesar 0.75%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow Jones, S&P dan Nasdaq terapresiasi masing-masing sebesar 0.13%, 0.23%, dan 0.31%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Indeks Harga Konsumen (IHK) China hampir tidak tumbuh di bulan April ini setelah hanya naik 0,1 persen secara year-on-year, menandai tingkat inflasi terendah dalam dua tahun terakhir. Mengutip dari pemberitaan Bloomberg (11/5/2023), angka tersebut dipengaruhi oleh basis perbandingan yang rendah dari tahun lalu. Harga produsen juga diketahui turun 3,6 persen sebagian besar karena biaya komoditas yang lebih rendah. Secara terpisah, berdasarkan data dari Bank sentral Republik Rakyat China atau PBOC pinjaman melemah secara keseluruhan. Pertumbuhan M2 atau uang yang beredar dalam arti luas, dimoderasi menjadi 12,4 persen (yoy), dimana laju paling lambat terlihat hari ini. Data tersebut menunjukan kredit dan pinjaman baru pada April lebih buruk dibanding yang diharapkan lantaran konsumen dan bisnis membatasi pinjaman mereka, dilansir dari Bloomberg (11/5). “Data kredit China jauh di bawah perkiraan, memperkuat kekhawatiran atas keberlanjutan pemulihan pasca-Covid,” Ucap kepala ekonom di Guotai Junan International Holdings Ltd., Zhou Hao, mengutip dari Bloomberg (11/5). Hao kemudian juga mengatakan bahwa momentum pertumbuhan keseluruhan telah melambat secara signifikan, ekspektasi pelonggaran kebijakan yang meningkat, dan kebijakan pemotongan suku bunga tampaknya akan terjadi pada kuartal II/2023. (Bisnis)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti pertumbuhan kinerja investasi atau penanaman modal tetap bruto (PMTB) yang melandai menjadi sebesar 2,11 persen pada kuartal I/2023. Tingkat pertumbuhan tersebut, kata Sri Mulyani, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal IV/2022 yang sebesar 3,33 persen ataupun dengan kuartal I/2022 yang sebesar 4,08 persen. ?Pertumbuhannya di kuartal I masih belum terlalu bagus, di bawah 3 persen, maka kita berharap kegiatan investasi terus dipacu karena ini bagus untuk penciptaan lapangan kerja dan dampak ke produktivitas,? katanya dalam tayangan melalui Youtube Kemenkeu yang dikutip Bisnis, Kamis (11/5/2023). Sri Mulyani menyampaikan bahwa dalam mendukung kinerja investasi, keuangan negara atau APBN terus diarahkan untuk mendukung kualitas SDM di Indonesia. (Bisnis)
Best Regards,
SAM Investment

Leave a Reply