Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat ditutup menguat pada Kamis (14/10/2021). Indeks Dow Jones tercatat terapresiasi 1,56% menjadi 34.912,56. Sementara itu S&P 500 menguat sebesar 1,71% menjadi 4.438,26 begitupun Nasdaq yang menguat 1,73% menjadi 14.823,43. Hal yang sama terjadi di Eropa, indeks acuan bergerak menguat dengan Euro Stoxx600 terapresiasi sebesar 1,20% menjadi 465,92 begitupun FTSE yang menguat sebesar 0,92% menjadi 7.207,71.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tercatat pada level Rp 14.117,5. Pada pagi hari ini, perdagangan minyak tercatat menguat dengan minyak WTI meningkat sebesar 0,52% begitupun Brent juga mengalami penguatan 0,31%. Keduanya diperdagangkan pada level US$ 81,73 dan US$ 84,44 per barel.
Indeks acuan Asia tercatat dibuka menguat pada perdagangan pagi hari ini. Indeks Nikkei dibuka meningkat sebesar 0,92% begitupun KOSPI yang meningkat 0,64%. Sementara itu, indeks futures Amerika Serikat pada pagi hari ini tercatat menguat dengan Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing meningkat sebesar 0,06%, 0,02% dan 0,02%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) belum berakhir. Data pemerintah pada Rabu (13/10) waktu setempat menunjukkan harga makanan dan sewa hunian meningkat bulan lalu. Hasil ini menggarisbawahi komplikasi yang dihadapi regulator AS saat memandu kebangkitan negara dari dampak pandemi Covid-19. Indeks harga konsumen (IHK) terbaru yang dilaporkan Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) AS mencatat adanya kenaikan 5,4% pada September dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Sedangkan dibandingkan Agustus, IHK di AS naik tepat di atas perkiraan kalangan analis sebesar 0,4%. (Investor Daily)
Pemerintah Filipina akan mengizinkan bioskop dan pusat kebugaran dibuka kembali di ibu kota Manila. Kebijakan ini diambil setelah Filipina mencatat penurunan tajam dalam jumlah harian infeksi virus corona dan pada saat yang sama tingkat vaksinasi semakin bertambah. Pembatasan-pembatasan telah dilonggarkan dalam beberapa pekan terakhir karena pemerintah mengalihkan fokusnya untuk membuat orang kembali ke bekerja dan mengurangi kesengsaraan ekonomi yang disebabkan oleh penguncian ketat. (Investor Daily)
Dari dalam negeri, Pemerintah mulai mengerem penerbitan surat utang baru menjelang akhir tahun. Selain optimalisasi instrument non utang, hal tersbeut sejalan dengan risiko ketidakpastian di pasar keuangan akibat sejumlah sentimen. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman menyebutkan, outlook terbaru penerbitan SBN neto sepanjang tahun ini senilai Rp 879,5 triliun dibandingkan dengan target awal dalam APBN tahun 2021 yang sebesar Rp 1.207,3 triliun, atau lebih sedikit sebesar Rp. 327,8 triliun. Adapun realisasi penerbitan SBN hingga akhir September lalu telah mencapai Rp 614,7 triliun atau setara 73% dari rencana penerbitan SBN neto teranyar. (Kontan)
Best Regards,
SAM Investment
SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—15-Oktober-2021.pdf