Ulasan Ekonomi dan Pasar Harian – Rabu 29 September 2021

Kilas Pasar

 

Indeks saham di Amerika Serikat ditutup berada pada zona merah pada Selasa (28/9/2021). Indeks Dow Jones tercatat pelemahan 1,63% menjadi 34.299,99. Sementara itu S&P 500 juga melemah sebesar 2,04% menjadi 4.352,63 begitupun Nasdaq yang melemah 2,83% menjadi 14.546,68.

 

Hal senada datang dari Eropa, indeks acuan juga bergerak melemah dengan Euro Stoxx melemah sebesar 2,18% menjadi 452,35 begitupun FTSE terdepresiasi sebesar 0,50%.

 

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tercatat pada level Rp 14.272,5. Pada pagi hari ini, perdagangan minyak tercatat mix dengan minyak WTI melemah 0,69% sedangkan Brent menguat 0,57%. Keduanya diperdagangkan pada level US$ 74,77 dan US$ 77.89 per barel.

 

Indeks acuan Asia tercatat dibuka bergerak melemah pada perdagangan pagi hari ini. Indeks Nikkeii dibuka melemah sebesar 1,84% begitupun KOSPI dibuka melemah 1,27%. Sementara itu, indeks futures Amerika Serikat pada pagi hari ini juga tercatat menguat dengan Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing meningkat sebesar 0,40%, 0,41% dan 0,46% secara berturut-turut.

 

Isu Ekonomi dan Pasar

 

Pemerintah dan DPR akhirnya sepakat untuk membawa Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) 2022 untuk disetujui dan disahkan jadi undang-undang dalam rapat paripurna mendatang. Penerimaan pajak 2022 yang disepakati adalah sebesar 1.265 triliun, naik 10,72% dibandingkan dengan outlook 2021 sebesar Rp 1.142,5 triliun. Angka itu juga lebhi tinggi dibanding usulan awal pemerintah di Nota Keuangan 2022 sebesar Rp 1.162,92 triliun. (Kontan)

 

World Bank pangkas proyeksi ekonomi Indonesia dalam laporan World Bank East Asia and Pacific Economic Update Oktober 2021 bertajuk Long Covid. World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya sebesar 3,7%. Angka ini turun 0,7% dari perkiraan World Bank pada April lalu yang sebesar 4,4%. (Kontan)

 

Pemerintah Tiongkok dilaporkan sedang mendorong badan-badan usaha milik negara (BUMN) dan para pengembang properti, seperti China Vanke Co Ltd, untuk membeli beberapa aset milik China Evergrande Group. Menurut enam sumber yang mengetahui hal ini, termasuk empat di antaranya berada di badan pemerintah dan regulator, Evergrande sedang berada di ambang kehancuran karena memiliki beban utang sebesar US$ 305 miliar. Namun pemerintah pusat tidak mungkin campur tangan secara langsung  dalam bentuk dana talangan atau bailout. (Investor Daily)

 

Melalui tulisan ini, kami kembali menyerukan kepada seluruh mitra investasi SAM untuk selalu menjaga kesehatan, mengikuti semua protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan fisik, serta seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas dari rumah. Semoga kita berhasil.

 

Best Regards,

SAM Investment

 

 

SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—29-September-2021.pdf