Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak menguat pada perdagangan hari Rabu (22/9/2021). Indeks Dow Jones tercatat menguat 1%, S&P 500 tumbuh sebesar 0.95% dan Nasdaq menguat 1.02%.
Dari Eropa, indeks acuan bergerak menguat dengan Euro Stoxx tumbuh sebesar 0.99% sedangkan FTSE menguat sebesar 1.47%. Dari dalam negeri, IHSG tercatat menguat sebesar 0.78% pada hari perdagangan kemarin.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tercatat pada level Rp 14,242. Pada pagi hari ini, perdagangan minyak tercatat melemah dengan minyak WTI dan Brent tercatat melemah sebesar 0.39% dan 0.09% secara berturut-turut dan diperdagangkan pada level US$ 71.97 dan US$ 75.85 per barel.
Indeks acuan Asia tercatat dibuka bergerak melemah pada perdagangan pagi hari ini dengan indeks Nikkei terkoreksi sebesar 0.67% dan indeks KOSPI dibuka melemah sebesar 0.57%. Sementara itu, indeks futures Amerika Serikat pada pagi hari ini tercatat menguat dengan Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing tumbuh sebesar 0.28%, 0.25% dan 0.23% secara berturut-turut.
Isu Ekonomi dan Pasar
Rekor harga gas alam di seluruh dunia telah mendorong beberapa perusahaan padat energi mengurangi dan menangguhkan produksi. Efek domino dari tindakan tersebut yakni gangguan rantai pasokan global pada beberapa sektor bertambah dan pelanggan berpotensi membayar harga produk lebih tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir harga gas alam telah meningkat tajam di seluruh dunia. Penyebabnya adalah kombinasi antara peningkatan permintaan terutama dari Asia seiring pemulihan pasca pandemi, persediaan gas rendah dan pasokan gas yang lebih ketat dari biasanya dari Rusia. Harga gas di Eropa telah meningkat lebih dari 250% tahun ini. Sementara harga gas di Asia telah mengalami kenaikan sekitar 175% sejak akhir Januari 2021. Tekanan sejauh ini sangat akut di Eropa. Stok gas jauh lebih rendah dibandingkan biasanya menuju musim dingin. (Kontan)
Kalangan peternak unggas mengatakan pemerintah harus siap menghadapi konsekuensi dari keputusan untuk tidak mengimpor jagung pakan. Saat ini, gejolak harga masih berlangsung karena disinyalir adanya pasokan yang terbatas. “Jika pemerintah memutuskan tidak impor, artinya pemerintah harus bisa menanggung konsekuensi jika kondisi di lapangan tidak sesuai perkiraan. Bagaimana peternak tetap memeroleh jagung dengan mudah dan harga sesuai,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi, Rabu (22/9/2021). Sugeng mengkhawatirkan kondisi pasokan di lapangan justru tidak sesuai dengan data pemerintah. Jika pasokan memadai, dia menyebutkan harga jagung seharusnya tetap terkendali. (Bisnis)
Melalui tulisan ini, kami kembali menyerukan kepada seluruh mitra investasi SAM untuk selalu menjaga kesehatan, mengikuti semua protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan fisik, serta seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas dari rumah. Semoga kita berhasil.
Best Regards,
SAM Investment
SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—23-September-2021.pdf