Kilas Pasar
Pada perdagangan Jumat (4/9), pasar saham Amerika membukukan penurunan secara kompak. Dow ditutup 159,42 poin lebih rendah, atau 0,6%, menjadi 28.133,313. S&P 500 turun 0,81% menjadi 3.426,96, sedangkan Nasdaq turun paling rendah sebesar 1.3% atau 144,97 poin menjadi 11.313,13.
Tidak jauh berbeda, indeks di Eropa juga tercatat melemah secara kompak. FTSE ditutup turun 51,78 poin atau 0,88% menjadi 5,799.08, sedangkan Stoxx600 turun 1.13% menjadi 361,93.
Pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level RP 14.747,0. Sementara itu, komoditas utama dunia, yaitu minyak WTI dan Brent melemah masing-masing sebesar 1,99% dan 1,09%.
Prediksi Hari Ini
Pasar diperkirakan bergerak melemah hari ini. Pagi ini, Nikkei 225 dibuka dengan penurunan sebesar 0,41% dan Kospi juga turun sebesar 0,08%. Di sisi lain, indeks futures di Amerika Serikat juga tercatat melemah, di mana Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq turun masing-masing sebesar 0,18%, 0,50% dan 1,33%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS) akan tetap rendah hingga beberapa tahun ke depan. Jerome Powell, gubernur The Federal Reserve (The Fed) mengungkapkan bahwa ekonomi AS membutuhkan hal tersebut dalam upaya bangkit dari keterpurukan yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona Covid-19. Selain itu, The Fed sekarang menetapkan inflasi akan dibiarkan mengambang di atas target 2% hingga beberapa waktu. Disebutkan bahwa The Fed siap menerapkan kebijakan ini selama apapun hingga ekonomi bangkit.
Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pagu anggaran untuk program subsidi bunga sebesar Rp35 triliun terlampau besar. Sejauh ini realisasi penyerapan anggaran untuk program tersebut baru mencapai Rp3 triliun dan diprediksi mencapai maksimal Rp10 triliun pada akhir tahun. Sisa anggaran yang tidak terpakai tersebut bisa dikonversi ke program-program lain yang terkait dengan UMKM.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memastikan skema burden sharing yang disepakati dengan Bank Indonesia dalam memenuhi pembiayaan untuk penanganan dampak dari Covid-19 khusus komponen public goods hanya berlaku untuk tahun ini. Namun, BI disebut tetap menjadi pembeli siaga atau standby buyer surat berharga negara (SBN) hingga 2022, sesuai dengan UU No. 2/2020.
Melalui tulisan ini, kami kembali menyerukan kepada seluruh mitra investasi SAM untuk selalu menjaga kesehatan, mengikuti semua protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan fisik, serta seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas dari rumah. Semoga kita berhasil.
Best Regards,
SAM Investment
SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—7-September-2020.pdf