Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak menguat pada hari Senin, (20/11). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.58%, 0.74%, dan 1.13%. Dari Eropa, indeks bergerak bervariasi. FTSE 100 terdepresiasi sebesar -0.11% dan STOXX600 terapresiasi sebesar 0.10%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,388. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak bervariasi masing-masing sebesar 0.23% dan -0.05% diperdagangkan pada level US$ 82.23 dan US$ 77.79 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan bertumbuh sebesar 0.80%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -0.23%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.03%, 0.04%, dan 0.10%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve atau The Fed tampaknya memberikan sinyal untuk menahan suku bunga acuan lantaran mereka menunggu lebih banyak bukti bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) mendingin. Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menuturkan dalam konferensi bank sentral di Frankfurt, Jerman, bahwa The Fed tidak yakin apakah mereka melakukan upaya yang cukup untuk membuat inflasi berada pada jalur untuk mencapai target inflasi sebesar 2%. Adapun, menurutnya dampak penuh kenaikan suku bunga yang cepat hingga saat ini mungkin masih akan terjadi. (Bisnis)
Bank Indonesia menerbitkan instrumen Sekuritas Valuta asing Bank Indonesia (SVBI) dan sukuk valuta asing Bank Indonesia (SUVBI) guna memperkuat kebijakan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pengembangan pasar uang. Mekanisme dua instrumen tersebut diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 22/14/PBI/2020 tentang Operasi Moneter. Ketentuan ini berlaku efektif pada 16 November 2023. Karakteristik SVBI adalah menggunakan underlying asset berupa surat berharga dalam valuta asing. Sedangkan SUVBI memiliki sejumlah karakteristik yaitu menggunakan underlying asset berupa sukuk global milik Bank Indonesia. (Investor)
Bank Indonesia (BI) menyebut, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Oktober 2023 terindikasi tumbuh. Dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 82,1%. Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono menjelaskan, faktor utama yang mempengaruhi penyaluran kredit baru tersebut antara lain permintaan pembiayaan dari nasabah, tingkat persaingan usaha dari bank lain, serta prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan. Erwin menambahkan, pembiayaan korporasi pada Oktober 2023 terindikasi tumbuh dibandingkan bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari SBT pembiayaan korporasi sebesar 15,7%. (Investor)
Best Regards,
SAM Investment
Leave a Reply