Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak bervariasi pada hari Jumat, (27/10). Dow dan S&P 500 terdepresiasi masing – masing sebesar -1.12% dan -0.48%, Nasdaq terapresiasi sebesar 0.38%. Dari Eropa, indeks bergerak melemah. FTSE 100 dan STOXX600 terdepresiasi masing – masing sebesar -0.86% dan -0.84%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,920. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak melemah masing-masing sebesar -0.91% dan -1.15% diperdagangkan pada level US$ 88.38 dan US$ 84.56 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terapresiasi sebesar 0.37%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -0.94%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.23%, 0.34%, dan 0.50%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Penurunan obligasi Amerika Serikat (AS) yang semakin intensif menambah tekanan pada perekonomian global dan menciptakan prospek ekuitas yang dinilai ?sangat berbahaya?, kata kepala investasi manajer hedge fund Livermore Partners. Era baru suku bunga yang lebih tinggi telah menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melonjak, menghambat pengembalian bagi investor dan membalikkan status quo selama satu setengah dekade terakhir, kata David Neuhauser pada pada Jumat (27/10. Imbal hasil obligasi bergerak berbanding terbalik dengan harga. Bank sentral sangat menekankan suku bunga kemungkinan tidak akan turun dalam waktu dekat. The Federal Reserve (The Fed) AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada 5,25%-5,50% pada minggu depan. (Investor)
Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik senilai Rp 1,04 triliun pada 23-26 Oktober 2023. Kepala Dewan Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan aliran modal asing tersebut masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 2,18 triliun, namun keluar melalui pasar saham sebesar 2,57 triliun. Pada saat yang sama aliran modal asing juga masuk melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 1,44 triliun. Secara kumulatif dari 1 Januari 2023 sampai 26 Oktober 2023 transaksi yang terjadi adalah nonresiden beli neto Rp 47,14 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 11,11 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 11,8 triliun melalui SRBI. (Investor)
Posisi utang pemerintah pada September 2023 meningkat menjadi sebesar Rp7.891,61 triliun, dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp7.870,35 triliun (month-on-month/MoM). Mengutip data APBN Kita, rasio utang pemerintah pada September 2023 tercatat sebesar 37,95% terhadap produk domestik bruto (PDB). Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode Agustus 2023, 37,84% terhadap PDB. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, rasio utang pemerintah mengalami penurunan, dibandingkan dengan 39,3% dari PDB pada September 2022. (Bisnis)
Best Regards,

Leave a Reply