Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Kamis (27/7). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.67%, -0.64%, dan -0.55%. Dari Eropa, indeks bergerak menguat. FTSE 100 dan STOXX600 terapresiasi masing – masing sebesar 0.21% dan 1.35%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,072. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak melemah masing-masing sebesar -0.50% dan -0.40% diperdagangkan pada level US$ 83.38 dan US$ 79.76 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -0.17%, NIKKEI Jepang menurun sebesar -1.21%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.06%, 0.14%, dan 0.28%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Berbagai bank sentral dunia merespons sinyal kenaikan suku bunga The Fed dengan ikut mengerek suku bunga. Pelaku pasar merespons kebijakan ini dengan positif. Di kawasan Eropa, pasar saham rata-rata dibuka dengan posisi hijau pada perdagangan kemarin, selaras dengan sebagian indeks saham di Asia yang ditutup menguat. Hong Kong Monetary Authority menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5.75%, menjadi yang tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Hal yang sama juga terjadi pada bank sentral di negara teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Bahrain, bahkan Thailand dan European Central Bank. (Kontan)
Dari data Kementerian Keuangan per akhir Juni 2023, utang pemerintah tercatat kembali naik dari level Rp7.805,19 triliun, lebih tinggi 0,23% dari akhir bulan sebelumnya. Utang pemerintah didominasi instrumen surat berharga negara (SBN) dengan proporsi sebesar 89,04% sementara Rp 855,09 triliun sisanya merupakan utang dalam bentuk pinjaman dengan proporsi sebesar 10,96% terhadap total utang pemerintah pusat. Dengan kenaikan tersebut, rasio utang pemerintah mencapai 37,93% terhadap produk domestik bruto (PDB). Meskipun terdapat kenaikan, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan konsolidasi fiskal terus berlanjut seiring pengelolaan utang yang lebih baik, dan oleh karena itu lembaga pemeringkat R&I menaikkan outlook rating utang Indonesia dari stabil menjadi positif. (Kontan)
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Maliki menekankan bahwa target pengentasan kemiskinan ekstrem masih dapat dicapai. Ia mengatakan bahwa dengan menggunakan standar PPP (Purchasing Power Poverty) sebesar $1,90 Indonesia sudah mencapai 1,12% pada Maret 2023 sehingga pemerintah masih optimis mencapai target dalam Rencana Kerja Pemerintah untuk mencapai angka kemiskinan ekstrem 0-1%. Namun percepatan program kemiskinan ekstrem tersebut harus didukung dengan adanya basis data terintegrasi. (Investor)
Best Regards,

Leave a Reply