Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak menguat pada hari Selasa (4/7). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.03%, 0.12%, dan 0.21%. Dari Eropa, indeks bergerak melemah. FTSE 100 dan STOXX600 terdepresiasi masing – masing sebesar -0.10% dan -0.07%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,005. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak bervariasi masing-masing sebesar -0.59% dan 1.52% diperdagangkan pada level US$ 75.81 dan US$ 70.86 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan menurun sebesar -0.33%, NIKKEI Jepang terdepresiasi sebesar -0.48%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak melemah pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.06%, -0.01%, dan -0.07%.
Isu Ekonomi dan Pasar
China membatasi ekspor galium dan germanium, bahan baku utama pembuatan chip berteknologi tinggi, ke pasar Amerika Serikat (AS). Kontrol ketat kebijakan ini berlaku pada 1 Agustus 2023 dengan pertimbangan untuk melindungi keamanan dan kepentingan nasional. Meskipun begitu, pembatasan ekspor ini dinilai sebagai balasan Pemerintah China atas pembatasan pengiriman microchip berteknologi tinggi dari AS beberapa waktu yang lalu. (nvestor)
Laju pertumbuhan inflasi secara tahunan sudah mulai landai di level 3,52% pada Juni 2023. Namun, kondisi tersebut tampaknya belum terlalu kuat bagi perbankan untuk menurunkan bunga kreditnya. Jika mengacu data Bank Indonesia (BI) di April 2023, suku bunga kredit memang masih memiliki tren pertumbuhan secara tahunan. Bunga kredit modal kerja di periode tersebut ada di level 8,92%, lebih tinggi dari bulan yang sama di tahun lalu berada di level 8,49%. Menurut Amin Nurdin selaku senior LPPI, kemungkinan penurunan kemungkinan bunga kredit bank itu ada tetapi sulit karena saat ini BI juga belum menurunkan tingkat suku bunga acuan. (Kontan)
Pemerintah optimistis penerimaan negara pada akhir tahun nanti bakal melampaui target. Alhasil, penarikan utang yang telah direncanakan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada tahun 2023 bisa ditahan. Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan APBN mengalami surplus sebesar Rp 152.3 triliun pada semester I-2023. Surplus tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 73.6 triliun. Surplus itu berasal dari pendapatan negara yang terkumpul Rp 1,406.9 triliun, yang setara dengan 57.2% daru target APBN 2023. Namun angka tersebut tumbuh tipis sebesar 5.4% year on year (yoy). Di sisi lain, realisasi belanja negara pada semester pertama tahun ini telah mencapai Rp 1,245.7 triliun, atau setara 41% dari target. Namun pertumbuhannya lebih tipis lagi, yakni hanya 0.9% yoy. (Kontan)
Best Regards,
SAM Investment

Leave a Reply