Kilas Pasar
Indeks saham di Amerika Serikat bergerak melemah pada hari Selasa (20/6). Dow, S&P 500, dan Nasdaq terdepresiasi masing – masing sebesar -0.72%, -0.47%, dan -0.16%. Dari Eropa, indeks bergerak melemah. FTSE 100 dan STOXX600 terdepresiasi masing – masing sebesar -0.25% dan -0.59%.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperdagangkan pada level Rp.15,002. Dari komoditas, perdagangan minyak Brent dan WTI bergerak melemah masing-masing sebesar 0.36% dan 0.39% diperdagangkan pada level US$ 76.17 dan US$ 71.47 per barel.
Indeks acuan Asia, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi sebesar -0.44%, NIKKEI Jepang terapresiasi sebesar 0.07%. Perdagangan indeks futures Amerika Serikat bergerak menguat pada pagi hari ini dengan Dow, S&P, dan Nasdaq terapresiasi masing – masing sebesar 0.01%, 0.03%, dan 0.04%
Isu Ekonomi dan Pasar
China mengambil kebijakan untuk memangkas suku bunga acuan pada Selasa (20/6). Kebijakan tersebut diputuskan oleh bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) dengan menurunkan suku bunga untuk kredit perumahan sebesar 10 basis poin untuk masing-masing tenor pinjaman rumah jangka waktu satu tahun menjadi 3,55%, dan lima tahun menjadi 4,20%. Pemangkasan ini meleset dari perkiraan para pengamat yang sebesar 15 basis poin untuk suku bunga kredit jangka waktu lima tahun. Mereka menilai penurunan tersebut terlalu sedikit dan perlu ditambah. Sementara itu Analis Riset Global BofA menyampaikan pemerintah China akan lebih banyak mengambil kebijakan untuk mendukung peningkatan perputaran ekonomi di masyarakat, terutama permintaan KPR yang turun. Salah satu kebijakan yang dapat diambil pemerintah dan tidak terbatas pada pemotongan kumulatif 25 basis poin pada suku bunga acuan pada akhir tahun ini. (Kontan)
Melesatnya peringkat daya saing Indonesia diyakini oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan membuat target investasi Rp1.400 triliun pada tahun ini dapat terpenuhi. Berdasarkan laporan Institute for Management Development World Competitiveness Yearbook 2023, peringkat daya saing Indonesia berada di posisi 34 dari total 64 negara. Raihan ini melesat dibandingkan capaian tahun lalu yang bertengger di peringkat ke-44. Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Yuliot mengatakan bahwa perbaikan peringkat daya saing tersebut akan menjadi acuan investor dalam melihat peluang dan keputusan berinvestasi. Peningkatan pemeringkatan yang diraih Indonesia disebabkan oleh kebijakan dan pengelolaan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dari sejumlah aspek. Hal ini seturut dengan Institute for Management Development World Competitiveness Center, yang melakukan penilaian terhadap 4 faktor, yakni performa ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. (Bisnis)
Best Regards,

Leave a Reply