Kilas Pasar
Pasar global bergerak menguat secara kompak pada Jumat (14/5). Dow naik 360,68 poin atau 1,06% menjadi 34.382,13. Kemudian S&P 500 juga naik 1,49% menjadi 4.173,85, begitupun Nasdaq yang naik paling tinggi 2,32% menjadi 13.429,86. Dari Eropa, FTSE naik 1,15% atau 80,28 poin menjadi 7.043,61 sementara Stoxx600 naik 1,19% atau 5,21 poin menjadi 442,53.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level Rp 14.197.5. Komoditas utama dunia, yaitu minyak WTI dan Brent pagi ini melemah masing-masing sebesar 0,17% dan 0,35%. Hari ini Nikkei 225 dibuka turun 0,24% begitupun Kospi dibuka melemah 0,23%. Indeks futures di Amerika Serikat, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq futures melemah masing-masing 0,21%, 0,19%, dan dan 0,26%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Singapura berencana untuk menutup sebagian besar sekolah hingga 28 Mei setelah melaporkan 38 kasus baru infeksi Covid-19 pada hari Minggu. Negara kota itu juga mungkin menghadapi pengiriman vaksin yang lebih lambat selama beberapa bulan ke depan. Dari negara lain, Taiwan sedang berlomba untuk mengatasi wabah virus terburuknya, dengan pemerintah menyerukan agar lebih banyak bekerja dari rumah setelah rekor 206 kasus lokal baru dilaporkan pada Minggu. Di India, ada tanda-tanda ribuan orang meninggal setiap hari daripada yang ditunjukkan oleh data pemerintah. Sementara itu, Inggris sedang bersiap untuk melonggarkan pembatasan pada hari Senin dan rata-rata kasus virus baru selama satu minggu di AS turun ke level terendah sejak Juni 2020. (Bloomberg)
Kalangan dunia usaha, ekonom, dan parlemen meminta pemerintah membatalkan rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) tahun depan. Kenaikan PPN akan memukul daya beli masyarakat menengah ke bawah yang belum pulih dari pandemi. Jika tarif PPN tetap dipaksakan naik, pertumbuhan ekonomi bisa kembali terkontraksi. Untuk meningkatkan penerimaan negara, pemerintah lebih baik menggunakan metode ekstensifikasi atau memperluas basis pembayar pajak. Sedangkan metode intensifikasi dengan menaikkan tarif PPN hanya tepat dilakukan ketika basis pajak sudah cukup besar dan kondisi ekonomi sedang bertumbuh cepat agar tidak mengalami panas berlebih (overheating). (Investor Daily)
Usaha Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden agar paket belanja infrastrukturnya disetujui kedua kubu di Kongres akan dibahas pekan ini. Biden pekan lalu setuju untuk mengurangi cakupan rancangan undang-undang (RUU) itu menjadi proyek-proyek infrastruktur yang biasa, serta berkompromi tentang cara membiayainya. Dalam pertenuan dengan pimpinan senat Demokrat dan Republik di Gedung Putih pekan lalu, Biden menyatakan bersedia untuk memecah rencana infrastruktur senilai total US$ 2,3 triliun itu menjadi RUU-RUU terpisah. Agar bagian pertamanya mendapatkan dukungan bipartisan di Senat. (Investor Daily)
Melalui tulisan ini, kami kembali menyerukan kepada seluruh mitra investasi SAM untuk selalu menjaga kesehatan, mengikuti semua protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan fisik, serta seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas dari rumah. Semoga kita berhasil.
Best Regards,
SAM Investment
SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—17-Mei-2021.pdf