Kilas Pasar
Pasar saham AS naik pada Selasa (19/1). Dow Jones Industrial Average naik 116,26 poin, atau 0,4%, menjadi 30.930,52. S&P 500 naik 0,8% menjadi 3.798,91, didorong oleh sektor energi dan jasa komunikasi. Nasdaq Composite yang sangat canggih mengungguli dengan kenaikan 1,5% menjadi 13.197,18. Di sisi lain Eropa kompak turun, dimana FTSE melemah 0,11% dan Stoxx600 melemah 0,19%.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level RP 14.0650, menguat. Selain itu, komoditas utama dunia, yaitu minyak WTI pagi ini dibuka menguat 0,34% dan Brent juga menguat 0,18%. Pagi ini Kospi dibuka naik 1,20% sedangkan Nikkei 225 naik 0,14%. Indeks futures di Amerika Serikat, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq naik masing-masing sebesar 0,18%, 0,24%, dan 0,41%.
Isu Ekonomi dan Pasar
Dari Bloomberg, Janet Yellen, calon Menteri Keuangan AS mengatakan negaranya siap untuk menghadapi praktik perdagangan dan ekonomi Tiongkok yang kasar, menandakan bahwa pemerintahan Presiden terpilih Joe Biden akan bertujuan untuk melanjutkan beberapa kebijakan garis keras Donald Trump terhadap Beijing. Pada kesempatan yang sama, Yellen juga mengatakan bahwa AS dapat memenuhi tarif pajak perusahaan yang lebih tinggi jika berkoordinasi dengan ekonomi lain di seluruh dunia.
Elliott Management berencana untuk menutup kantornya di Hong Kong, dan memindahkan stafnya yang tersisa ke kantor di London dan Tokyo. Hedge fund yang berbasis di New York ini, telah menghentikan operasinya di Hongkong, dan memiliki kurang dari 20 karyawan yang tersisa pada 1 Januari. (Bloomberg)
Sebanyak 40 bank umum dengan pangsa kredit 80% dari total kredit memperkirakan penyaluran kredit pada 2021 tumbuh 7,3% secara tahunan (year on year/yoy). Angka itu jauh lebih tinggi dibanding realisasi kredit 2020 yang hingga November masih minus 1,4%, bahkan di atas realisasi penyaluran kredit 2019 yang mencapai 6,1%. Bank-bank memprioritaskan penyaluran kredit modal kerja, diikuti kredit investasi, dan kredit konsumsi. BI menargetkan kredit tahun ini tumbuh 7-9%, sedangkan OJK menargetkan 7,5% plus minus 1%. Di sisi lain, dari survei perbankan BI, responden memperkirakan kredit pada 2021 tumbuh positif sebesar 7,3% (yoy). (Investor Daily)
Permintaan dan suplai surat utang korporasi diprediksi meningkat pada tahun ini seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi. Selain karena banyaknya surat utang jatuh tempo pada 2021, korporasi juga butuh dana untuk ekspansi. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi penerbitan surat utang pada 2021 mencapai Rp140,77 triliun, lebih tinggi dari realisasi emisi pada tahun lalu yang mencapai Rp96,6 triliun. Adapun, nilai surat utang jatuh tempo tahun ini mencapai Rp121 triliun. (Bisnis Indonesia)
Melalui tulisan ini, kami kembali menyerukan kepada seluruh mitra investasi SAM untuk selalu menjaga kesehatan, mengikuti semua protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan fisik, serta seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas dari rumah. Semoga kita berhasil.
Best Regards,
SAM Investment
SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—20-Januari-2021.pdf