Press Release: HUT Ke-20 Samuel Aset Manajemen

Mitra Sepanjang Masa, Sejahtera Bersama

 Jakarta, 25 Agustus 2017  –  Pada tanggal 21 Agustus 2017, PT Samuel Aset Manajemen (SAM), anak perusahaan dari Samuel Group telah genap berusia 20 tahun.

Dua dekade merupakan usia yang cukup matang untuk terus menjadi perusahaan Manajer Investasi terpercaya dan berpengalaman. Ini dibuktikan dengan rekam jejak kinerja produk yang konsisten menghasilkan imbal hasil di atas rata-rata imbal hasil pasar Indonesia.  Terbukti mampu melewati beberapa krisis  di tahun 1997, 2005, 2008 dan 2011, membuat kinerja reksa dana kelolaan PT Samuel Aset Manajemen (SAM) jauh melampaui acuannya. Kemampuan mumpuni serta strategi pengelolaan investasi yang fokus pada riset menjadi kunci sukses.

Dalam perjalanannya sebagai perusahaan, SAM juga menghadapi tantangan dan perubahan. Salah satu tantangan adalah industri reksa dana saat ini masih menghadapi masalah penetrasi pasar. Namun dengan etos kerja yang tinggi perusahaan terus berbenah diri bertransformasi ke arah yang lebih baik, melakukan sinergi untuk mengoptimalkan semua sumber daya dan melakukan berbagai inovasi baru.

Salah satu bentuk transformasi  yang dijalankan SAM adalah dengan melakukan perubahan besar pada tata kelola perusahaan, menerbitkan produk-produk baru, dan fokus pada pasar domestik. Selain  itu  sejak tahun 2009,  SAM telah secara aktif melakukan literasi mengenai cerdas finansial dan investasi  kepada masyarakat luas dengan cara bekerja sama dengan berbagai mitra seperti regulator, asosiasi reksa dana, financial planner, komunitas-komunitas, sekolah, kampus dan kantor-kantor. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Bapak Agus B. Yanuar selaku Presiden Director PT Samuel Aset Manajemen yang berkeinginan agar makin banyak masyarakat Indonesia dapat mengenal dan memiliki investasi reksa dana sekaligus cerdas dalam menerapkan rencana keuangannya. Seiring waktu, pemahaman tentang perlunya berinvestasi serta partisipasi investor domestik di pasar modal, baik dari kalangan institusi maupun perorangan semakin meningkat. Hal ini membuat industri keuangan Indonesia, khususnya reksa dana semakin tumbuh dan berkembang.

Dengan tema “20 Tahun SAM, Mitra Sepanjang Masa Sejahtera bersama”, SAM merayakan peringatan hari ulang tahun dengan sederhana. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan adalah Doa Bersama dan Pemotongan Tumpeng HUT ke-20, sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang selalu menyertai langkah perusahaan hingga mencapai usia 20 tahun. Acara ditandai dengan kegiatan Pembukaan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia yang dilaksanakan pada hari ini, 25 Agustus 2017. Dalam waktu dekat, SAM juga akan menerbitkan beberapa produk dan layanan terbaru lainnya, antara lain reksa dana  SAM Beta Plus Equity Fund  yang  instrumen investasinya berbasis pada saham-saham blue-chips dan reksa dana terproteksi yang melengkapi ragam produk yang telah ada sebelumnya serta meluncurkan layanan transaksi #ReksadanaSAM Online yang memudahkan nasabah membeli reksa dana SAM dari mana saja.

Sejalan dengan itu, perusahaan mengharapkan seluruh karyawan dapat bersama-sama bersinergi dalam nilai-nilai yang ditekankan oleh perusahaan yakni Performance, Good Governance and Services  Excellence dengan etos kerja yang berintegritas, profesional, bekerja sepenuh hati, kreatif dan fokus kepada pelanggan sehingga rencana kerja perusahaan yaitu melayani 10.000 nasabah pada tahun 2017 dapat tercapai. SAM yang selama 20 tahun usianya ini menempatkan diri sebagai Your Lifelong Investment Partner, juga mengajak masyarakat Indonesia untuk juga menikmati pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan cara berinvestasi di reksa dana yang sesuai dengan tujuan keuangan masing-masing.

 

Tentang SAM

SAM didirikan sesuai dengan Akta No. 166 tanggal 14 Mei 1997 dengan izin usaha Manajer Investasi dari BAPEPAM-LK Nomor SK. Kep. 6/PM/MI/1997 tanggal 21 Agustus 1997. Dikelola oleh tim yang profesional dan berpengalaman dengan rekam jejak yang telah terbukti secara konsisten menghasilkan imbal hasil di atas rata-rata imbal hasil pasar Indonesia. Terbukti dengan diraihnya beberapa penghargaan reksa dana terbaik dari beberapa media bisnis lokal dan internasional

SAM saat ini mengelola 31 produk  reksa dana, baik berbasis  konvensional maupun syariah dengan total dana kelolaan (per Juli 2017) sejumlah Rp 7,9 Triliun. Beberapa produk reksa dana yang ditawarkan ke investor antara lain: SAM Dana Kas (reksa dana  pasar uang), SAM Dana Berkembang (reksa dana campuran), SAM Indonesian Equity Fund (reksa dana saham) dan SAM Sukuk Syariah Sejahtera (reksa dana pendapatan tetap syariah),  SAM Syariah Berimbang (reksa dana campuran syariah),  dan SAM Sharia Equity Fund (reksa dana saham syariah).

 

CATATAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017

Lana Soelistianingsih

Ekonom PT SAMUEL ASET MANAJEMEN

Sebagai Press-Release dalam acara Ulang Tahun SAM ke 20 Tahun

 

Satu semester sudah ekonomi Indonesia berlalu di tahun 2017, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan tren melambat dari tumbuh sebesar 5,18% pada triwulan ke-2 tahun 2016, menjadi 5,01% di triwulan ke-2 2017 ini. Namun demikian kinerja tersebut jika dibandingkan dengan kinerja negara-negara setidaknya di Asia, relatif masih cukup tinggi – menjadi ke-4 negara dengan pertumbuhan tertinggi setelah China, India, dan Filipina.

Selain pertumbuhan ekonomi, angka inflasi per Juli 2017 tercatat sebesar 3,88% yoy dan baru mencapai 2,6% secara kumulatif dari Januari s.d Juli 2017, dan sangat terjaga dalam kisaran target inflasi Bank Indonesia yaitu 4%±1%. Upaya pemerintah dalam menekan harga patut diapresiasi dalam menahan harga-harga bahan makanan  yang mempunyai porsi terbesar dalam pengeluaran rumah tangga terutama pada musim puasa-lebaran Juni-Juli 2017 ini. Pemerintah belajar banyak dari lonjakan-lonjakan harga yang terjadi disetiap musim puasa-lebaran sebelumnya. Terkendalinya harga-harga bahan makanan membuat masyarakat khususnya yang berpendapatan rendah relatif tenang. Namun yang masih menjadi catatan adalah rendahnya angka inflasi ini dikawatirkan karena menurunnya permintaan (demand) yang lebih besar dibandingkan meningkatnya pasokan (supply). Menurunnya permintaan diantaranya karena pendapatan riil yang turun efek dari pendapatan nominal naik, tetapi kenaikannya dibawah kenaikan inflasi. Sedangkan naiknya pasokan (suplai) masih ditopang dengan impor, belum karena naiknya produksi dalam negeri. Bahkan ada indikasi produksi dalam negeri melambat khususnya di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 3,33% yoy pada Q2-2017 dari 7,12% yoy pada Q1-2017.

Kenaikan pendapatan nominal yang melambat juga terdekteksi dengan menurunnya jam kerja sebagaimana survei Biro Pusat Statistik (BPS) terkait Indeks Tendensi Bisnis dan jumlah pekerja yang status pekerjaannya adalah sektor informal. Ada ketidakpastian dalam pendapatan pekerja. Ketidakpastian ini membuat pekerja sebagai konsumen harus memilih konsumsi yang menjadi prioritas seperti kebutuhan bahan makanan dan kebutuhan lain yang menjadi prioritas. Pemilihan atas konsumsi yang menjadi prioritas ini menjadi salah satu faktor yang membuat penjualan ritel terutama barang konsumsi sekunder seperti sandang mencatatkan penurunan.

Efek perlambatan konsumsi rumah tangga akan berdampak pada penerimaan perpajakan pemerintah terutama dari penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN). Oleh karenanya pemerintah fokus untuk mendapatkan target penerimaan perpajakan dari pajak penghasilan non migas (PPh non migas). PPh non migas ini mencapai sekitar 47% dari penerimaan perpajakan untuk APBN-P 2017 yang mencapai Rp.1.478 triliun. Perlambatan ekonomi akan membuat potensi short-fall target penerimaan perpajakan yang bisa berdampak pada menurunnya belanja pemerintah dan mengurangi kemampuan APBN-P 2017 dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, dan tentunya akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% sebagaimana asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P 2017. Kurang makasimalnya kemampuan APBN-P 2017 dalam mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu risiko ekonomi Indonesia saat ini.

Perlambatan ekonomi diperparah dengan sikap perbankan yang sangat hati-hati dan cenderung mengikuti siklus ekonomi. Ketika siklus ekonomi melambat, perbankan cenderung melambatkan pertumbuhan kreditnya. Pertumbuhan kredit per Juni 2017 masih tercatat 7,7% yoy, melambat dibandingkan 8,6% yoy pada Juni 2016. Lambatnya pertumbuhan kredit membuat perlambatan investasi sektor riil dalam negeri. Keyakinan produsen terhadap kegiatan usaha menurun, terlihat dari indeks tendensi bisnis (ITB) di triwulan ke-3 2017 melambat ke 108,82 dari 111,63 di triwulan ke-2 2017. Demikian pula untuk keyakinan konsumen juga melambat terutama karena menurunnya optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Menurunnya optimisme konsumen ini diantaranya ketidakyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja yang berdampak pada ketidakpastian pendapatan dan penundaan barang tahan lama.

Sementara itu di saat yang sama, ekonomi global walaupun mencatatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi juga menambah daftar risiko perekonomian Indonesia. Selain isu kebijakan moneter yang mulai diketatkan baik melalui kenaikan suku bunga maupun penurunan neraca bank sentral, juga ketidakpastian kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait rencana kebijakan ekonomi, perdagangan sebagaimana yang disampaikan pada saat kampanye. Kendati ekonomi utama dunia mencatatkan perbaikan termasuk ekonomi China  tetapi belum cukup kuat mengangkat permintaan ekspor Indonesia yang didominasi hampir 75% oleh komoditas. Ketidakpastian global ini juga menjadi kendala terhadap minat investasi terutama dalam bentuk investasi di sektor riil.

Permintaan global terhadap energi, komoditas masih lemah. Hanya beberapa komoditas yang mencatatkan kenaikan seperti batubara, tembaga. Sedangkan crude palm oil belum menunjukkan kenaikan yang kontinu. Masih belum menguatnya permintaan global ini membuat ekspor belum bisa menjadi penopang ekonomi yang bisa membuat ekonomi tumbuh terangkat diatas 5,1%.

Dengan berbagai kendala tersebut diatas, tampaknya ekonomi Indonesia masih akan tetap mengandalkan konsumsi rumah tangga yang saat ini tumbuh sekitar 4,9%-an yoy. Alhasil ekonomi di tahun 2017 ini diperkirakan tumbuh di sekitar 5%-5,05%.

Di tahun 2018, ada ruang tumbuh yang lebih baik seiring dengan ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik. Dana Moneter Internasional memproyeksikan ekonomi global tumbuh sebesar 3,6% yoy. Dari dalam negeri ada potensi kebijakan pemerintah untuk mendongkrak kesejahteraan akan menjadi fokus kebijakan fiskal yang diharapkan bisa menciptakan efek pengganda pada ekonomi skala kecil dan mikro. Namun asumsi pertumbuhan 5,4% di RAPBN 2018 masih akan menjadi tantangan berat pemerintah untuk memwujudkannya. Di jangka menengah, demografi Indonesia masih menjadi aset ekonomi Indonesia yang bisa membantu menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (sustainable).

Download Press Release HUT ke-20 Samuel Aset Manajemen – 25 Agustus 2017

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *