Sebagian besar indeks futures bursa Asia tercatat naik, sebagai indikasi potensi indeks yang akan naik di bursa Asia hari ini. Pagi ini sebagian mata uang Asia dibuka melemah terhadap USDolar, dan berpotensi menjadi sentimen negatif untuk rupiah yang kemungkinan melemah menuju kisaran antara Rp.13.340 s.d Rp.13.360 per USD.
ULN Indonesia tahun 2016 tercatat sebesar US$317 miliar, naik 2% dari posisi tahun 2015 sebesar US$310 miliar. Kenaikan terutama dari ULNP yang naik 12,7% yoy, sedangkan sektor swasta terutama korporasi non keuangan turun. Penurunan terutama dari sektor-sektor komoditas yang harganya belum normal. Posisi ULN tersebut mencapai 33,98% dari PDB, sedikit diatas batas aman 33% dari PDB, tetapi turun dari tahun 2015 sebesar 36,1% dari PDB.
Mata uang won menjadi ‘proxy’ dari mata uang EMs Asia yang bisa mengukur respon mata uang Asia terhadap ketidakpastian politik dan kebijakan di AS. Investor asing masih membeli won sehingga mencatatkan penguatan 5,3% ytd. Dana asing yang masuk mencapai US$5,1 miliar. Won saat ini menjadi mata uang EMs Asia yang paling likuid.
Salam,
Lana Soelistianingsih
Kepala Riset/Ekonom
Samuel Aset Manajemen
Telp: 62 21 28548828
ULN Indonesia tahun 2016 tercatat sebesar US$317 miliar, naik 2% dari posisi tahun 2015 sebesar US$310 miliar. Kenaikan terutama dari ULNP yang naik 12,7% yoy, sedangkan sektor swasta terutama korporasi non keuangan turun. Penurunan terutama dari sektor-sektor komoditas yang harganya belum normal. Posisi ULN tersebut mencapai 33,98% dari PDB, sedikit diatas batas aman 33% dari PDB, tetapi turun dari tahun 2015 sebesar 36,1% dari PDB.
Mata uang won menjadi ‘proxy’ dari mata uang EMs Asia yang bisa mengukur respon mata uang Asia terhadap ketidakpastian politik dan kebijakan di AS. Investor asing masih membeli won sehingga mencatatkan penguatan 5,3% ytd. Dana asing yang masuk mencapai US$5,1 miliar. Won saat ini menjadi mata uang EMs Asia yang paling likuid.
Salam,
Lana Soelistianingsih
Kepala Riset/Ekonom
Samuel Aset Manajemen
Telp: 62 21 28548828
Ulasan-Ekonomi-Harian-Senin-20-Februari-2017.pdf