Kilas Pasar
Pada perdagangan Senin (22/3) pasar global mayoritas menguat. Dow meningkat 103,23 poin atau 0,32% menjadi 32.731,20, begitupun S&P 500 yang naik 0,70% menjadi 3.940,59. Sementara Nasdaq Composite menguat 1,23% menjadi 13.377,54. Dari Eropa, FTSE naik 17,39 poin atau 0,26% menjadi 6.726,10 kemudian Stoxx600 juga mengalami penguatan tipis 0,19% atau 0,82 poin menjadi 424,17. Dari Asia, Nikkei 225 dan Kospi mengalami pelemahan masing-masing sebesar 2,07% dan 0,13% kemarin.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada level Rp 14.402,5. Komoditas utama dunia, yaitu minyak WTI dibuka turun 0,62% sementara Brent juga turun 0,12%. Hari ini Nikkei 225 dibuka menguat 0,86%, sementara Kospi turun 0,57%. Indeks futures di Amerika Serikat, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq menguat secara kompak masing-masing sebesar 0,17%, 0,18%, dan 0,19%.
Isu Ekonomi dan Pasar
AS, Inggris, Uni Eropa, dan Kanada menjatuhkan sanksi terhadap China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uyghur di Xinjiang, yang menarik reaksi langsung dari Beijing. Uni Eropa memulai dengan sanksi yang menargetkan empat warga negara China dan satu entitas. AS, Kanada, dan Inggris, sebagai bagian dari Group of Seven mencerminkan tindakan yang sebagian besar bersifat simbolis dan tidak mungkin memengaruhi ekonomi atau perilaku China. China bereaksi dengan mengatakan langkah itu didasarkan pada kebohongan dan disinformasi dan mengatakan akan memberikan sanksi kepada 10 individu dan empat entitas di sisi UE, dengan mengatakan langkah-langkah tersebut “merugikan kedaulatan dan kepentingan China” dan tidak didasarkan pada fakta. (Bloomberg)
Jepang adalah salah satu negara terakhir di dunia yang mendukung pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri – dan sedang mempertimbangkan untuk mendanai kapasitas baru di Bangladesh. Jika perluasan pembangkit listrik Matarbari terus berlanjut, hal itu mungkin akan membuat kecanggungan bagi Perdana Menteri Yoshihide Suga, yang telah berjanji untuk menjadikan Jepang netral karbon pada tahun 2050. (Bloomberg)
Lembaga pemeringkat Fitch mempertahankan sovereign credit rating Indonesia pada peringkat BBB (investment grade) dengan outlook stabil Jumat (19/3). Faktor kunci yang mendukung afirmasi peringkat Indonesia adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik dan beban utang pemerintah yang rendah, meskipun meningkat. Namun, Fitch juga menggarisbawahi sejumlah tantangan yang dihadapi, yaitu ketergantungan terhadap sumber pembiayaan eksternal yang masih tinggi, penerimaan pemerintah yang rendah, serta perkembangan sisi struktural seperti indicator tata kelola dan PDB per kapita yang masih tertinggal dibandingkan negara lain dengan peringkat yang sama. (Investor Daily)
Melalui tulisan ini, kami kembali menyerukan kepada seluruh mitra investasi SAM untuk selalu menjaga kesehatan, mengikuti semua protokol kesehatan, menjaga jarak sosial dan fisik, serta seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas dari rumah. Semoga kita berhasil.
Best Regards,
SAM Investment
SAM-Ulasan-Ekonomi-dan-Pasar-Harian—23-Maret-2021.pdf